Strategi Meningkatkan Status Gizi Balita Dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Melong Asih
Strategi Meningkatkan Status Gizi Balita Dalam
Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Melong Asih
Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Melong Asih
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan
Kota Cimahi Tahun 2014
Disusun Oleh :
Seni Umi Solekhah, AMG
NIP. 198802052010012002
PUSKESMAS MELONG ASIH
DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI
TAHUN 2014
ABSTRAK
Hasil Cakupan program
gizi di wilayah Puskesmas Melong Asih
menunjukkan Balita Gizi Buruk BB/U tahun 2011 adalah 55
orang, meningkat Tahun 2012 menjadi 96 orang. Selain itu, cakupan pemberian ASI ekslusif 0-6 bulan tahun 2011 di
Kelurahan Melong Puskesmas Melong Asih sebesar 71.7% sedangkan tahun 2012
menurun menjadi 63.9%.
Program perbaikan gizi dan
kesehatan yang bersifat preventif dan promotif untuk jangka panjang, sementara
kuratif dapat diberikan pada kelompok masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Bentuk
program efektif seperti perbaikan perilaku kesehatan dan gizi tingkat keluarga
dilakukan secara profesional mulai dipikirkan, dan tentunya dengan ketentuan
atau kriteria yang spesifik lokal. Program yang telah berjalan untuk
meningkatkan perbaikan gizi masyarakat di wilayah PKM Melong Asih adalah
Penyuluhan PMT (Pemberian Makanan Tambahan), Pemberian PMT-Pemulihan bagi
balita dengan status gizi kurang / buruk dan KP ASI (Kelompok Pendukung ASI).
Gizi menjadi faktor
penting yang turut menentukan sekitar 30 persen keberhasilan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Tanpa gizi yang tercukupi, sangat tidak mungkin
seseorang memiliki kesehatan yang baik. Angka Balita Gizi Buruk di wilayah PKM
Melong Asih setelah ada kegiatan Penyuluhan PMT
(Pemberian Makanan Tambahan) dan Pemberian PMT-Pemulihan bagi balita dengan
status gizi kurang / buruk mengalami penurunan, yaitu tahun 2013 jumlah balita Gizi Buruk BB/U menjadi 21 anak. Begitu
pula dengan Cakupan ASI Eksklusif menunjukkan kenaikan setelah ada kegiatan
KP-ASI di RW 06 yaitu
cakupan ASI Eksklusif tahun 2012 yaitu 63.99% dan
mengalami peningkatan di tahun 2013 menjadi 67.2 %.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan KaruniaNYA Makalah dengan judul “Strategi Meningkatkan Status Gizi Balita Dalam Menghadapi
Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Melong Asih” dapat terselesaikan.
Makalah ini merupakan salah satu
dokumentasi kegiatan nyata yang telah dilaksanakan dan berperan dalam peningkatan
perbaikan gizi masyarakat dalam mendukung kegiatan
Jaminan
Kesehatan Nasional di wilayah kerja Puskesmas Melong Asih yang disajikan
dalam bentuk data, informasi, narasi sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan
program perbaikan gizi terutama pada balita kurang gizi di masyarakat Kelurahan Melong.
Untuk itulah dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Dinas Kesehatan Kota Cimahi
2.
Kepala dan Staf Puskesmas Melong
Asih
3.
Seluruh kader posyandu Kelurahan Melong
4.
Rekan-rekan TPG
5.
Keluarga dan
6.
Semua pihak yang telah membantu
baik dalam pelaksanaan kegiatan maupun penyusunan makalah ini.
Menyadari bahwa isi makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan, penulis mengharapkan saran
yang dapat membuatnya menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat memberikan masukkan untuk peningkatan
pembangunan kesehatan di Kota Cimahi menuju Cimahi Sehat 2017.
Cimahi,
14 Juli 2014
Penulis,
Pelaksana
Gizi Puskesmas Melong Asih
Seni Umi Solekhah, AMG
NIP. 198802052010012002
BAB I
1.1 Latar Belakang
Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata
dalam peningkatan kesehatan termasuk gizinya. Hal ini terbukti dari
penetapan perbaikan status gizi yang merupakan salah satu prioritas Pembangunan
Kesehatan 2010-2014. Tujuannya adalah untuk menurunkan prevalensi kurang
gizi sesuai dengan Deklarasi World Food Summit 1996 yang
dituangkan dalam Milenium Development Goals (MDGs) pada tahun
2015, yang menyatakan setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh
dari kondisi 1990.
Millennium
Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma pembangunan global
yang dideklarasikan pada Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189
negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan
September 2000. Adapun tujuan MDGS yaitu:
Secara umum dapat dikatakan
bahwa peningkatan ekonomi sebagai dampak dari berkurangnya kurang gizi dapat
dilihat dari dua sisi, pertama berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan
kesakitan dan di sisi lain akan meningkatkan produktivitas. Paling kurang
manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai dampak dari perbaikan status gizi
adalah: berkurangnya kematian bayi dan anak balita, berkurangnya biaya
perawatan untuk neonatus, bayi dan balita, produktivitas meningkat karena
berkurangnya anak yang menderita kurang gizi dan adanya peningkatan kemampuan
intelektualitas, berkurangnya biaya karena penyakit kronis serta meningkatnya
manfaat “intergenerasi” melalui peningkatan kualitas kesehatan.
Masalah gizi dapat terjadi
pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi pada suatu kelompok umur
tertentu akan mempengaruhi pada status gizi pada periode siklus kehidupan
berikutnya (intergenerational impact). Masa kehamilan merupakan periode yang
sangat menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat
ditentukan oleh kondisinya saat masa janin dalam kandungan. Akan tetapi perlu
diingat bahwa keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil ditentukan juga jauh
sebelumnya, yaitu pada saat remaja atau usia sekolah.
Kekurangan gizi biasanya
terjadi secara tersembunyi dan sering luput dari pengamatan biasa. Tidaklah
mudah untuk mengetahui seorang ibu hamil yang menderita kekurangan zat gizi
besi (anemia), atau seorang bayi yang terganggu pertumbuhannya atau seorang
anak sekolah yang lemah tidak mampu mengikuti proses belajar karena kekurangan
zat gizi tertentu seperti iodium atau zat besi. Sebagian besar penduduk
Indonesia atau sekitar 50% dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak
sehat dan kondisi ini tergolong kekurangan gizi. Kekurang gizi secara perlahan
akan berdampak terhadap tingginya kematian anak, kematian ibu dan menurunnya
produktivitas kerja. Kondisi ini secara langsung menurunkan tingkat
kesejahteraan masyarakat di suatu negara, oleh karena itu upaya perbaikan gizi
masyarakat merupakan bagian dari investasi sumber daya manusia untuk
pembangunan suatu bangsa.
Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia
menargetkan pada tahun 2015 angka kematian bayi dan angka kematian balita
menurun sebesar dua pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal
tersebut diatas Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan angka kematian
bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH dan angka kematian balita dari 97 menjadi
32/1.000 KH pada tahun 2015. Menghadapi tantangan dan target MDGs tersebut maka
perlu adanya program kesehatan anak yang mampu menurunkan angka kesakitan dan
kematian pada bayi dan anak. Beberapa program dalam proses pelaksanaan
percepatan penurunan angka kematian bayi dan angka kematian balita antara lain
adalah program gizi, program ASI eksklusif, dan penyediaan konsultan ASI
eksklusif di Puskesmas/Rumah Sakit.
Makanan alamiah terbaik
bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan
berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup
mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam
folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik
dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya
yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.
Upaya perbaikan gizi di
Indonesia secara nasional telah dilaksanakan sejak tiga puluh tahun yang lalu.
Upaya yang dilakukan difokuskan untuk mengatasi masalah gizi utama yaitu:
Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB) dan
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY). Upaya tersebut telah berhasil menurunkan
keempat masalah gizi utama namun penurunannya dinilai kurang cepat. Dengan
terjadinya transisi demografi, epidemiologi dan perubahan gaya hidup telah
terjadi peningkatan masalah gizi lebih dan penyakit degeneratif. Keadaan ini
menyebabkan Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi yaitu gizi kurang
belum sepenuhnya diatasi, gizi lebih sudah menunjukkan peningkatan.
Pengelolaan
kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara
terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan perilaku dan kemandirian
masyarakat, profesionalisme sumber daya manusia kesehatan, serta upaya promotif
dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini
diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia
terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan masyarakat yang layak. Setiap Peserta berhak memperoleh Manfaat Jaminan Kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan kebutuhan medis yang diperlukan. Upaya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN ) ini didukung
dengan kegiatan di bidang gizi yaitu kegiatan Penyuluhan PMT (Pemberian Makanan
Tambahan), Pemberian PMT-Pemulihan bagi balita dengan status gizi kurang /
buruk dan KP ASI (Kelompok Pendukung ASI).
1.2
Masalah
Jumlah status gizi balita yang didapat dari data BPB (Bulan Penimbangan Balita)
tahun 2011 dan 2012 di wilayah kelurahan Melong Asih
adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Status Gizi Balita di Kelurahan Melong Asih Tahun 2011 dan 2012
Tahun
|
Status Gizi BB/U
|
Jumlah Balita
|
|||
Lebih
|
Baik
|
Kurang
|
Buruk
|
||
2011
|
301
|
2449
|
294
|
55
|
3099
|
10%
|
79%
|
9%
|
2%
|
||
2012
|
425
|
2062
|
250
|
96
|
2833
|
15%
|
72.8%
|
8.8%
|
2.4%
|
Meningkatnya angka gizi buruk
berdasarkan status BB/U diperlukan adanya keterkaitan antara kondisi
kesehatan dan gizi ibu hamil, pemberian ASI dengan pembentukan status gizi
mengharuskan adanya suatu kegiatan terpadu yang mengatasi masalah sejak dini
baik preventif maupun promotif. Meningkatnya angka gizi buruk berbanding lurus dengan cakupan
ASI Ekslusif yang menurun pada tahun 2011 cakupan asli ekslusif mencapai 71.7%
namun menurun di tahun 2012 menjadi 63.99%.
1.3
Perumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang dan uraian masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
permasalah adalah :
Bagaimana Strategi Meningkatkan
Status Gizi Balita Dalam
Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Melong Asih Tahun 2014 ?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran kegiatan
untuk meningkatkan
status gizi balita dalam menghadapi implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Melong Asih
Tahun 2014.
1.4.2
Tujuan Khusus
1.
Memberikan gambaran kegiatan penanganan
kurang gizi pada balita di wilayah Puskesmas Melong
Asih melalui kegiatan Penyuluhan PMT.
2.
Memberikan gambaran kegiatan
penanganan kurang gizi pada balita di wilayah Puskesmas Melong Asih melalui kegiatan Konseling
ASI dan MP ASI.
3.
Memberikan gambaran kecenderungan
pengaruh kegiatan KP-ASI pada pemberian ASI eksklusif.
4.
Memberikan gambaran kegiatan
penanganan gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Melong Asih melalui kegiatan Pemberian
PMT Pemulihan.
5.
Memberikan gambaran kegiatan
penanganan gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Melong Asih melalui kegiatan Kunjungan
Balita yang mendapatkan PMT.
6.
Mengetahui kecenderungan hasil
kegiatan terhadap cakupan gizi buruk.
7.
Mengetahui kecenderungan hasil
kegiatan terhadap cakupan ASI.
1.5
Manfaat Makalah
Makalah ini bermanfaat untuk
evaluasi pelaksanaan kegiatan dan acuan perencanaan penatalaksanaan balita
kurang gizi selanjutnya
BAB
II
2.1
Status Gizi
Status gizi balita adalah
keadaan kesehatan anak balita yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik
energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya diukur secara antropometri.
Status gizi adalah keadaan
kesehatan yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara makanan, tubuh dan
lingkungan hidup manusia. Status gizi diukur dengan cara yaitu (Depkes, 1992).
1. Antropometri, yaitu
mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lemak dibawah kulit.
2. Klinik, yaitu
pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh ahli medis, biasanya yang melakukannya
adalah seorang dokter.
3. Laboratorium, yaitu
pemeriksaan darah, urine dan tinja.
4. Dietetik, yaitu
pemeriksaan jenis, jumlah, komposisi makanan yang dikonsumsi oleh individu.
Berdasarkan Departemen Kesehatan
(2011) penentuan status gizi anak balita dilakukan secara klinis dan
antropometri (BB/TB-PB), sehingga dapat diketahui tingkat status gizi balita
tersebut.
2.2
Masalah Gizi pada Balita
Berg ( 1989) berbicara mengenai
gizi berarti membicarakan tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan
dan proses dimana organisme menggunakan makanan untuk pemeliharaan kehidupan,
pertumbuhan, bekerjanya anggota dan jaringan tubuh secara normal dan produksi
tenaga.
Membahas
mengenai masalah gizi, dapat digolongkan kepada tiga bagian sebagai berikut :
1. Gizi kurang, yaitu keadaan
tidak sehat (patologik) yang timbul karena tidak cukup makan dan dengan
demikian konsumsi energi kurang selama jangka waktu tertentu, ditandai dengan
berat badan yang menurun.
2. Gizi lebih, yaitu keadaan
tidak sehat (patologik) yang disebabkan kebanyakan makan serta mengkonsumsi
energi lebih banyak daripada yang diperlukan tubuh untuk jangka waktu yang
panjang, kegemukan merupakan tanda pertama yang biasa dilihat.
3. Gizi buruk, yaitu keadaan
tidak sehat (patologik) yang disebabkan oleh makanan yang sangat kurang dalam
satu atau lebih zat esensial dalam waktu lama, biasanya diikuti dengan
tanda-tanda klinis khusus seperti marasmus, kwashiorkor dan marasmus
kwashiorkor
2.3
Penilaian Status Gizi pada Balita
Menurut
standar WHO (1983) bila prevalensi kurus (wasting) < -2SD diatas 10 %
menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan
berhubungan langsung dengan angka kesakitan. Indeks Antropometri yang sering
dipakai adalah :BB/U (berat badan menurut umur) menggambarkan ada atau tidak
adanya kurang gizi (malnutrisi), tidak bisa menjelaskan apakah akut atau
kronis. TB/U (tinggi badan menurut umur) menggambarkan ada atau tidak adanya
malnutrisi kronik. BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) menggambarkan ada
atau tidak adanya malnutrisi akut (Depkes, 2004).
Berat
badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi.
Penggunaan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk
melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh .
Ada
beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat, salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri,
dalam pemakaiannya untuk penilaian status gizi antropometri disajikan dalam
bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain, variabel tersebut adalah
sebagai berikut : umur, berat badan dan tinggi badan.
Berat
badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak
baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan
ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (berat badan menurut umur) atau
melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat
badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya
saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan
kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu .
Indeks BB/U digunakan sebagai salah satu indikator status gizi dan
karena sifatnya berat badan yang labil maka indeks BB/U lebih menggambarkan
status gizi saat ini. Sebagai indikator status gizi BB/U mempunyai kelebihan
dan kelemahan, adapun kelebihannya adalah: Dapat lebih mudah dan lebih cepat di
mengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan status gizi
jangka pendek, dan dapat mendeteksi kegemukan.
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan
gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah
dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk indeks
TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (berat badan menurut
tinggi badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan
biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya
memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat
tidak sehat yang menahun (Depkes, 2004).
2.4
Gizi Buruk pada Balita
Pengertian
Gizi buruk (severe malnutrition) menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008)
adalah suatu istilah tehnis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan
dan kedokteran, gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun.
Menurut
Depatemen Kesehatan (2008) gizi buruk adalah keadaan kekurangan gizi menahun
yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan
sehari-hari. Kekurangan gizi tingkat berat pada anak balita berdasarkan pada
indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan
tanda-tanda klinis seperti marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor,
klasifikasi gizi buruk berdasarkan gambaran klinisnya antara lain, sebagai
berikut :
1. Marasmus
Marasmus adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan badan tampak
sangat kurus, iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua dan kulit
keriput. Gambaran klinis marasmus berasal dari masukan kalori/asupan kalori
yang tidak cukup dikarenakan diet yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang
tidak tepat seperti pola asuh yang tidak baik, atau karena kelainan
metabolik/malformasi congenital. Malnutrisi berat pada bayi sering ada di
daerah dengan makanan tidak cukup atau dengan hygiene yang jelek.
2. Kwashiorkor
Kwashiorkor
ditandai dengan gejala tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung
kaki sampai seluruh tubuh, perubahan status mental, rambut tipis kemerahan
seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok, wajah
membulat dan sembab, pandangan mata sayu, pembesaran hati, kelainan kulit berupa
bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan
terkelupas, cengeng dan rewel. Tipe marasmus ditandai dengan gejala tampak
sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, perut
cekung, rambut tipis, jarang dan kusam tulang iga tampak jelas, pantat kendur
dan keriput.
3. Marasmik-kwashiorkor
Marasmik-kwashiorkor merupakan gabungan
beberapa gejala klinik kwashiorkor – marasmus.
2.5
ASI Ekslusif
Air
Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya.
Sedangkan
ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja
kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain
kecuali sirup obat. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi
dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan
makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh
kembang yang optimal. ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai
berikut:
a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang
bermanfaat untuk:
·
Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
·
Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam
organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
·
Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
·
Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
·
ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4,
Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
·
ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi
pada bayi.
·
Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan
bayi.
Selain
memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan
keuntungan bagi ibu, yaitu:
a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia
dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya.
b. Hubungan yang lebih erat karena secara
alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional
antara ibu dan anak.
c. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan
berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil
d. Mempercepat berhentinya pendarahan post
partum.
e. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi
berkurang untuk beberapa bulan (menjarangkan kehamilan)
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada
masa yang akan datang.
2.6
Makanan Pendamping- ASI
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan
kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari
ASI (Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan
keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik
bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat
pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).
MP-ASI
merupakan peralihan asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang
semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral.
Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan
makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah
bagian depan ke lidah bagian belakang (Depkes,2000).
Adapun
waktu yang baik dalam memulai pemberian MP-ASI pada bayi adalah umur 6 bulan.
Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan
risiko sebagai berikut :
a.
Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi dan
pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan memerlukan waktu 6 bulan.
Sebelum sampai usia ini, ginjal belum cukup berkembang untuk dapat menguraikan
sisa yang dihasilkan oleh makanan padat.
b.
Tersedak disebabkan sampai usia 6 bulan, koordinasi syaraf otot
(neuromuscular) bayi belum cukup berkembang untuk mengendalikan gerak kepala
dan leher ketika duduk dikursi. Jadi, bayi masih sulit menelan makanan dengan
menggerakan makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulutnya, karena
gerakan ini melibatkan susunan refleks yang berbeda dengan minum susu.
c.
Meningkatkan resiko terjadinya alergi seperti asma, demam tinggi,
penyakit seliak atau alergi gluten (protein dalam gandum).
d.
Batuk, penelitian bangsa Scotlandia adanya hubungan antara pengenalan
makanan pada umur 4 bulan dengan batuk yang berkesinambungan.
e.
Obesitas, penelitian telah menghubungkan pemberian makanan yang
berlebih di awal masa perkenalan dengan obesitas dan peningkatan resiko
timbulnya kanker, diabetes dan penyakit jantung di usia lanjut.
Menurut WHO Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
yang dianggap baik adalah apabila memenuhi beberapa kriteria hal berikut :
a). Waktu pemberian yang tepat,
artinya MP-ASI mulai diperkenalkan pada bayi ketika usianya lebih dari 6 bulan
dan kebutuhan bayi akan energy dan zat-zat melebihi dari apa yang didapatkannya
melalui ASI
b). Memadai, maksudnya adalah
MP-ASI yang diberikan memberikan energy, protein dan zat gizi mikro yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak.
c). Aman, makanan yang diberikan bebas dari kontaminasi mikroorganisme
baik pada saat disiapkan, disimpan maupun saat diberikan pada anak.
2.7
Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemberian
Makanan Tambahan adalah program intervensi bagi balita yang menderita kurang
gizi dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi anak
serta untuk mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar tercapainya status gizi dan
kondisi gizi yang baik sesuai dengan umur anak tersebut. Sedangkan pengertian
makanan untuk pemulihan gizi adalah makanan padat energi yang diperkaya dengan
vitamin dan mineral, diberikan kepada balita gizi burukselama masa
pemulihan (Kemenkes RI, 2011).
Menurut
Persagi (2009), pemberian tambahan makanan di samping makanan yang dimakan
sehari – hari dengan tujuan memulihkan keadaan gizi dan kesehatan. PMT dapat
berupa makanan lokal atau makanan pabrik. Program Makanan Tambahan Pemulihan
(PMT– P) diberikan kepada anak gizi buruk dan
gizi kurang yang jumlah harinya tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi anak. Ibu yang
memiliki anak di bawah lima tahun yang menderita gizi kurang / gizi buruk
diberikan satu paket PMT Pemulihan.
Makanan
tambahan adalah formula yang diberikan kepada anak mulai usia 6 bulan ke atas
yang mempunyai sifat tidak memberatkan
fungsi pencernaan serta memiliki zat – zat gizi yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak untuk pertumbuhan dan kesehatan yang optimal. Asupan makanan
yang tidak sesuai akan menyebabkan gangguan gizi, baik itu
kekurangan maupun kelebihan gizi. Makanan tambahan harus mengandung zat gizi
makro dan protein, lemak, vitamin dan mineral untuk menunjang pertumbuhan da
perkembangan secara fisik, kognitif maupun emosiaonal balita.
Menurut
Gibson et al (1998), Complementary foods atau makanan tambahan yang diberikan
pada anak khususunya di negara yang sedang berkembang menurut sebaiknya harus
di fortifikasi dengan micro nutrient terutama zat besi, kalsium
dan zinc. Penatalaksanaan diet atau realementasi merupakan salah satu
cara penanggulangan bagi balita gizi buruk yang selama ini telah dilakukan oleh
Pemerintah dengan Pemberian Makanan Tambahan – Pemulihan (PMT-P) selama 3
sampai 4 bulan atau 90 sampai 120 hari.
Salah
satu sasaran PMT Pemulihan adalah bayi umur 6- 12 bulan dan anak balita umur
dibawah dua tahun (baduta) dari keluarga miskin. Namun dalam pelaksanaannya PMT
Pemulihan diberikan juga kepada balita gizi kurang dan atau buruk dari keluarga
miskin.
Secara
umum pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada
anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan
kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya
serta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis merah. Pemberian
makanan tambahan juga memiliki tujuan untuk menambah energi dan zat gizi
esensial. Sedangkan tujuan pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan pada bayi
dan balita gizi buruk, antara untuk memberikan makanan tinggi energi, tinggi
protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi
yang optimal.
2.8
Kelompok Pendukung ASI ( KP-ASI )
Kelompok Pendukung adalah beberapa orang yang mengalami situasi yang sama atau memiliki tujuan
yang sama, yang bertemu secara rutin untuk saling menceritakan kesulitan,
keberhasilan, informasi dan ide berkaitan dengan situasi yang dihadapi atau
upaya mencari tujuan yang diinginkan. Peserta KP-ASI adalah ibu hamil serta ibu
yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Namun terbuka juga untuk orang-orang yang
memiliki minat sama.
Unsur KP- ASI adalah : Peserta, Motivator,
Pembina dan penggerak. Dalam pertemuan KP-ASI akan dipandu oleh seorang
motivator. Motivator adalah anggota
masyarakat yang mempunyai sikap positif terhadap pemberian air susu ibu (ASI ),
berminat serta telah mendapatkan pelatihan khusus untuk membantu para ibu agar
sukses menyusui secara optimal.
Dalam pertemuan KP-ASI juga dihadiri oleh
Pembina motivator menyusui. Pembina motivator menyusui adalah konselor menyusui
atau petugas kesehatan setempat yang mempunyai sikap positif terhadap pemberian
Air susu ibu ( ASI ) dan telah mendapatkan pelatihan khusus untuk membina dan
mendampingi motivator menyusui agar optimal dalam menjalankan peran-perannya.
Materi yang diberikan pada
kegiatan KP-ASI adalah seputar kehamilan, menyusui dan melahirkan, dengan 10
topik utama yaitu :
1.
Masa Kehamilan Yang Menyenangkan
Masa kehamilan yang menyenangkan
berisi tentang persiapan persalinan, kebutuhan gizi ibu hamil, gangguan pada
kehamilan, pemeriksaan kehamilan, perawatan tubuh saat kehamilan dan hubungan
seksula yang aman saat kehamilan.
2.
ASI eksklusif
Topik ini membahas tentang
definisi ASI eksklusif, manfaat ASI bagi bayi dan ibu, komposisi ASI.
3.
IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
4.
Payudara Dan Produksi ASI
Pada
sesi payudara dan produksi ASI, peserta diajak memahami bahwa bukan bentuk
payudara dan bentuk puting yang mempengaruhi produksi ASI, melainkan hisapan
bayi.
5.
Menyusui Yang Nyaman Untuk Ibu Dan Bayi
Menyusui yang nyaman dengan posisi yang nyaman untuk ibu
dan bayi and perlekatan yang tepat agar mengoptimalkan produksi dan konsumsi
ASI.
6.
ASI Ku Cukup Tidak Ya?
Menjawab pertanyaan sebagian
besar ibu yang merasa tidak percaya diri dapat memberikan ASI yang cukup untuk
bayinya.
7.
Menangis Bukan Berarti Lapar
Tidak selamanya bayi menangis
berarti lapar, ada enam sebab lainnya ia menangis. Topik ini memberi pemahaman
jangan bergegas mengambil kesimpulan memberikan makan pada bayi yang sering
menangis.
8.
Kasih ASI Dimana Saja Dan Kapan
Saja
Banyak ibu bekerja yang
menggunakan alasan masa cutinya habis sehingga memberikan Susu formula pada
anaknya. Sesi ini dibahas mengenai cara mendapatkan ASI perah dan cara
penyimpanan ASI dalam berbagai keadaan.
9.
Menyusui Dan Gizi Ibu
Penting untuk diingat bahwa bukan
kuantitas makanan yang harus diperhatikan pada ibu menyususi tetapi kualitas
makanannya.
10.
Setelah Usia 6 Bulan
Banyak ibu yang mulai memberikan
makan pada anaknya sebelum usia 6 bulan, padahal MP-ASI baru diberikan setelah
anak berusia 6 bulan. Sesi ini memberi pembelajaran pada para ibu bahwa prinsip
pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) adalah teruskan pemberian ASI hingga
2 tahun, dengan prinsip pemberian makan semakin bertambah usia, tekstur semakin
kasar, frekuensi semakin sering, jumlah semakin banyak dan jenis semakin
beragam.7
2.9
Penyuluhan
Penyuluhan
merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan
edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan
secara sistematik, terencana, dan terarah dengan peran serta aktif individu
maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan
memperhitungkan faktor sosial-ekonomi-budaya setempat. Dalam hal penyuluhan di
masyarakat sebagai pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku, maka
terjadi proses komunikasi antar penyuluh dan masyarakat. Dari proses komunikasi
ini ingin diciptakan masyarakat yang mempunyai sikap mental dan kemampuan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Sesuai dengan pengertian yang dijelaskan
tersebut, maka penyuluhan gizi adalah suatu pendekatan edukatif untuk
menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam
peningkatan dan mempertahankan gizi yang baik.
Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut Rogers yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sebelum seseorang mengadopsi
perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yaitu awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, interest (tertarik), yakni orang
tersebut mulai tertarik kepada stimulus, evaluation (evaluasi), yakni orang
tersebut mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya. Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi, trial (mencoba), yakni orang
tersebut telah mulai mencoba perilaku baru, adoption (adopsi), yakni orang tersebut
telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.
Menurut Van deb Ban
dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), pilihan seorang agen penyuluhan
terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan
khusus yang ingin dicapai.
Berdasarkan
pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode penyuluhan ada tiga,
yaitu:
1.
Metode Berdasarkan Pendekatan Perorangan
Dalam metode ini,
penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya
secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat secara
langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh.
2. Metode
Berdasarkan Pendekatan Kelompok
Dalam metode ini,
penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode ini
cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu
kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok
ini dapat terjadi pertukaran informasi dan pertukaran pendapat serta pengalaman
antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Selain itu,
memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan
bertukar pengalaman
maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya.
3. Metode
Berdasarkan Pendekatan Massa
Metode ini dapat
menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi penyampaian
informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan
kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat
mewujudkan perubahan dalam perilaku. Adapun yang termasuk dalam metode ini
antara lain rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, suart kabar,
dan sebagainya.
2.10
Upaya Kesehatan
Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat. Pelayanan kesehatan masyarakat terdiri dari :
a.
Pelayanan
kesehatan promotif
Pelayanan kesehatan promotif
adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Promosi kesehatan
adalah upaya meningkatkan kemampuan kesehatan masyarakat melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mampu berperan secara aktif dalam masyarakat sesuai sosial
budaya setempat yang didukung oleh kebijakan public yang berwawasan. Kegiatan
promotif dalam program gizi meliputi penyuluhan dan konseling tentang pemberian
makanan bayi dan anak.
b.
Pelayanan
kesehatan preventif
Pelayanan
kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya
penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Usaha-usaha
yang dilakukan, yaitu :
a)
Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila, dll) melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah.
b)
Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah.
c)
Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
d)
Deteksi dini kasus dan faktor resiko (maternal, balita, penyakit).
e)
Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil
c.
Pelayanan kesehatan kuratif
Pelayanan
kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar
kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. Salah satu cara yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan status gizi pada balita adalah pemberian PMT untuk
balita dibawah 2 tahun dengan status gizi kurang / buruk dan PMT Pemulihan
untuk balita ( 6 – 59 bulan) dengan status gizi kurang / buruk yang mendapatkan
perawatan.
d.
Pelayanan kesehatan rehabilitatif
Pelayanan
kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi
sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah
kunjungan rumah balita yang mendaptak PMT dan tindak lanjut kasus gizi buruk.
2.6 Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme
asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan
lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di
Indonesia menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24
Tahun 2011. Sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba. Dan Program
BPJS Kesehatan 2014 ini akan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
2014.
Sistem Kesehatan Nasional adalah Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Adapun sub Sistem SKN terdiri dari :
- upaya kesehatan;
- penelitian dan pengembangan kesehatan;
- pembiayaan kesehatan;
- sumber daya manusia kesehatan;
- sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
- manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan;
dan pemberdayaan masyarakat
Pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan perilaku dan kemandirian
masyarakat, profesionalisme sumber daya manusia kesehatan, serta upaya promotif
dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Pengaturan manfaat dalam JKN
UU 40/2004 pasal 22 :
- Manfaat jaminan kesehatan
bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.
- Untuk jenis pelayanan yang
dapat menimbulkan penyalahgunaan pelayanan, peserta dikenakan urun biaya.
Pengaturan Manfaat Jaminan Kesehatan Dalam Perpres Jaminan Kesehatan
Pasal 20
(1) Setiap Peserta
berhak memperoleh Manfaat Jaminan Kesehatan yang
bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang
diperlukan.
(2) Manfaat Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
Manfaat medis dan Manfaat non medis.
(3) Manfaat medis
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terikat dengan besaran iuran yang
dibayarkan.
(4) Manfaat non medis
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi Manfaat akomodasi dan ambulans.
(5) Manfaat akomodasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan berdasarkan skala besaran iuran
yang dibayarkan.
(6) Ambulans
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan
Pasal 21
(1) Manfaat pelayanan
promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:
a.
penyuluhan kesehatan perorangan;
b.
imunisasi dasar;
c.
keluarga berencana; dan
d.
skrining kesehatan.
(2) Penyuluhan kesehatan perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
(3) Pelayanan imunisasi
dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri
Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPTHB), Polio, dan Campak.
(4) Pelayanan keluarga
berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan
tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana.
(5) Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat
kontrasepsi dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) disediakan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
Pasal 22
(1) Pelayanan kesehatan
yang dijamin terdiri atas:
a. pelayanan
kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non
spesialistik yang mencakup:
1. administrasi pelayanan;
2. pelayanan promotif dan preventif;
3. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
4. tindakan medis non spesialistik, baik
operatif maupun non operatif;
5. pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai;
6. transfusi darah sesuai dengan
kebutuhan medis;
7. pemeriksaan penunjang diagnostik
laboratorium tingkat pratama; dan
8. rawat inap tingkat pertama sesuai
dengan indikasi.
BAB III
3.1
Kerangka Teoritis
Secara
garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang
kurang atau anak sering sakit/terkena infeksi, atau disebabkan oleh banyak
faktor lainnya seperti, tidak tersedianya makanan yang adekuat, dan anak tidak
cukup mendapat makanan bergizi seimbang, serta pola asuh yang salah (IDAI,
2008).
Menurut
Departemen Kesehatan (2005) gizi buruk di pengaruhi oleh banyak faktor yang
saling terkait, secara langsung gizi buruk dipengaruhi oleh tiga faktor
penyebab yaitu, anak tidak cukup mendapatkan makanan bergizi seimbang, anak
tidak mendapatkan asuhan gizi yang memadai, dan anak menderita penyakit
infeksi.
1. Anak tidak cukup mendapat makanan yang bergizi seimbang
Bayi dan anak balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi seperti ASI
(Air Susu Ibu) ekslusif, dan setelah 6 bulan anak anak tidak mendapat makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan
rendah seringkali anak mendapatkan makanan seadanya karena faktor ketidak
tahuan dan ketidak mampuan.
2. Anak tidak mendapatkan asuhan gizi yang memadai
Pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Pengetahuan
orang tua yang kurang tentang pola asuh anak sehingga asupan gizi yang cukup
tidak terpenuhi. Salah satu contohnya adalah anak yang tidak diasuh oleh ibunya
sendiri, pengasuh kurang mengerti pentingnya makanan bergizi sehingga anak
tidak mendapat gizi yang cukup.
3. Anak menderita penyakit infeksi
Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian penyakit infeksi dan gizi
buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan,
sehingga anak mudah terkena penyakit infeksi. Demikian juga anak yang menderita
infeksi akan cenderung menderita gizi buruk.
Gambar 3.1 Gizi Menurut Daur Kehidupan
3.2
Kerangka Pikir
Upaya pencegahan gizi buruk meliputi
rencana jangka pendek untuk tanggap darurat dengan menerapkan prosedur
tatalaksana penanggulangan gizi buruk, kemudian rencana jangka panjang untuk
tahap pencegahan terhadap peningkatan status melalui koordinasi lintas program,
lintas sektor, penyuluhan gizi dan kesehatan terutama pada rekomendasi pola
makan bayi dan balita menurut WHO.
Kegiatan yang dilakukan di
puskesmas Melong Asih secara langsung dan tidak langsung yang mencakup bebagai tahapan tersebut
adalah :
Gambar 3.3 Penanganan
Kurang Gizi
Di Puskesmas
Melong Asih
Gambar 3.4 Kegiatan Penanganan Kurang Gizi
Di Puskesmas Melong Asih
BAB IV
4.1
Profil Puskesmas Melong Asih
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah
Kerja Puskesmas Melong Asih
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya guna mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya,
puskesmas memiliki 4 fungsi pokok, yaitu sebagai pusat pembangunan wilayah
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan
masyarakat primer, dan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.
Dalam menjalankan fungsinya, puskesmas melakukan berbagai
macam upaya kesehatan, diantaranya upaya preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif. Mengingat pentingnya fungsi dari puskesmas, maka puskesmas
dituntut untuk bekerja secara optimal sesuai dengan tugas-tugas yang sudah
ditentukan.
Dalam melaksanakan tugasnya puskesmas harus
bekerja dengan optimal dan penuh tanggung jawab. Salah satu bentuk
pertanggungjawaban dari puskesmas terhadap telah dilaksanakannya
penyelenggaraan upaya kesehatan adalah berupaya penyajian data dan informasi
sebagai bentuk pertanggungjawaban puskesmas.
Puskesmas Melong Asih
terletak di Jl. Melong Raya No.1, di RW 31 Kelurahan Melong yang berada dalam wilayah
kecamatan Cimahi Selatan, Telp. (022) 6023833 Cimahi 40534. Kelurahan Melong memiliki luas wilayah 313.060 Ha. Terletak pada ketinggian 500
s/d 700 m diatas permukaan laut. Kelurahan Melong terdiri atas 36 RW (Rukun
Warga) dan 191 RT ( Rukun Tetangga), secara geografis Kelurahan Melong terdiri
dari lahan pemukiman 242.244 Ha, lahan kuburan 0.336 Ha, lahan perkantoran 0.080
Ha, luas sarana umum lainnya 70.815,588 Ha dan selebihnya merupakan lahan
pekarangan dan taman.
Dikarenakan beratnya beban kerja di wilayah
kelurahan melong, atas usulan Dinas Kesehatan Kota Cimahi maka pemerintah kota
Cimahi membangun 1 (satu) buah lagi puskesmas yang terletak di sebelah barat
puskesmas Melong Asih, yang dinamakan Puskesmas Melong Tengah yang telah resmi
beroperasi sejak bulan April 2011. Dengan demikian wilayah kerja Puskesmas
Melong Asih yang sebelumnya meliputi 1 (satu) Kelurahan Melong atau 36 RW/191
RT, kini hanya meliputi 20 RW dan 108 RT di Kelurahan Melong, yaitu terdiri
dari RW 06, RW 07, RW 09, RW 10, RW 11, RW 12, RW 13, RW 14, RW 15, Rw 16, RW
17, Rw 19, RW 20, RW 22, RW 26,RW 27,
RW 31, RW 33 dan
RW 34. Dengan luas wilayah saat ini adalah 181,42 Ha. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Melong Asih yaitu sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Cibeureum (Kota
Cimahi)
Sebelah Timur : Kelurahan Cijerah
(Kota Bandung)
Sebelah Selatan :
Desa
Marga Asih ( Kab. Bandung)
Sebelah Barat : Wilayah Kerja
Puskesmas Melong Tengah
Gambar 4.1
Peta Wilayah PKM
Melong Asih
4.1.2
Visi, Misi dan Motto Puskesmas Melong Asih
Pembangunan yang dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas pada dasarnya bermuara
pada peningkatan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri 3 komponen
yaitu : kesehatan, pendidikan, dan daya beli masyarakat. Untuk mencapai tujuan
pembangunan tersebut khususnya komponen kesehatan, Puskesmas Melong Asih menetapkan Visi, Misi dan Motto sebagai berikut :
1. Visi
Visi Pembangunan
Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Melong Asih hingga saat ini : “ Puskesmas Melong Asih
Mewujudkan Masyarakat Melong Siaga Untuk Mandiri Hidup Sehat Guna Mendukung
Kota Cimahi Sehat “.
2. Misi
Untuk mencapai visi
tersebut, telah disusun Misi dari Puskesmas Melong Asih, adalah :
a.
Mengembangkan Kualitas RW Siaga sebagai upaya mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
b.
Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak
c.
Memberikan pelayanan kesehatan berkualitas, merata dan
terjangkau.
3. Motto
Dalam
melaksanakan Pelayanan Puskesmas Melong Asih mempunyai Motto yaitu “ Puskesmas
Melong Asih IKHLAS dalam pelayanan”
I : Inovatif
K : Kerja sama
H : Harmoni
L : Loyal
A : Aman
S : Senyum, Salam, Sapa
4.1.3
Data Demografi
a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk di Wilayah
Kerja Puskesmas Melong Asih Tahun 2013
Pengelompokkan
|
Jumlah
Jiwa
|
Laki – Laki
Perempuan
|
19062
20527
|
Jumlah
|
39589
|
Sumber : Profil Puskesmas Melong
Asih, 2012
Jumlah penduduk Melong Asih dapat berubah-ubah dengan
cepat, hal ini dipengaruhi oleh tingginya mobilitas / perpindahan penduduk yang tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Melong Asih,
perpindahan penduduk bisa terjadi antar RW ataupun antar kelurahan.
b. Jumlah RW
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Komposisi Penduduk di Puskesmas Melong Asih Tahun 2013
No
|
RW
|
Jumlah KK
|
Jumlah Penduduk
|
1
|
6
|
1505
|
5763
|
2
|
7
|
833
|
3311
|
3
|
9
|
590
|
2268
|
4
|
10
|
238
|
787
|
5
|
11
|
459
|
2259
|
6
|
12
|
357
|
1507
|
7
|
13
|
296
|
1024
|
8
|
14
|
550
|
2065
|
9
|
15
|
331
|
782
|
10
|
16
|
474
|
1663
|
11
|
17
|
374
|
1369
|
12
|
19
|
424
|
1486
|
13
|
20
|
271
|
950
|
14
|
22
|
780
|
2829
|
15
|
26
|
528
|
1908
|
16
|
27
|
282
|
1120
|
17
|
31
|
291
|
1082
|
18
|
32
|
127
|
449
|
19
|
33
|
312
|
1071
|
20
|
34
|
421
|
1704
|
Jumlah
|
9383
|
35397
|
Sumber : Profil Puskesmas Melong
Asih, 2013
Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di RW 6 dan yang paling sedikit
penduduknya adalah RW 32.
c. Sasaran Jumlah Bumil, Bayi, Balita, Anak Sekolah dan Lansia
Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk Kelompok Rentan di Wilayah Kerja Puskesmas Melong Asih Tahun 2012
Bumil
|
Bulin
|
Neo Resti
|
Bayi
|
Balita
|
Lansia
|
887
|
847
|
161
|
807
|
2760
|
752
|
Sumber : Profil Puskesmas Melong
Asih, 2013
Bumil, Bulin, neonatus, bayi, balita dan usia lanjut
merupakan kelompok sasaran yang memerlukan penanganan khusus dan merupakan modal dasar dalam
penyusunan arah kebijakan program pembangunan kesehatan di Kota Cimahi sehingga
harus diketahui berapa besar komposisi rasio penduduk rentan tersebut. Dari
tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk rentan di Wilayah Kerja
Puskesmas Melong Asih
terbanyak merupakan kelompok Balita.
4.1.4
Data Kesehatan
a. Jumlah Kepegawaian
Tabel 4.4 Data Jumlah Kepegawaian di Wilayah Kerja Puskesmas Melong Asih Tahun 2013
No
|
Jenis Tenaga Kesehatan
|
Jumlah
|
1
|
Dokter Umum
|
4
|
2
|
Dokter Gigi
|
1
|
3
|
Bidan
|
4
|
4
|
Perawat
|
4
|
5
|
Perawat Gigi
|
1
|
6
|
Petugas Gizi
|
1
|
7
|
Petugas Kesling
|
1
|
8
|
Petugas Laboratorium
|
1
|
9
|
Petugas Tata Usaha
|
2
|
10
|
Petugas Apoteker
|
2
|
11
|
Cleaning Service
|
1
|
12
|
Penjaga Malam
|
1
|
Jumlah
|
23
|
Sumber : Profil Puskesmas Melong
Asih, 2013
b. Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana yang dimiliki
oleh Puskesmas Melong Asih
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dengan luas tanah 4006,181 m adalah meliputi 4 bangunan terdiri dari bangunan induk Puskesmas dan 3 buah rumah dinas, 2 diantara rumah dinas ditempati oleh kepala Puskesmas dan Bidan Puskesmas,
sedangkan 1 rumah dinas tidak ditempati, melainkan digunakan sebagai tempat
pelayanan KIA-KB.
Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana Puskesmas Melong
Asih
Sarana
/ Prasarana
|
Jumlah
|
Bangunan Puskesmas Induk
|
1
|
Rumah dinas
|
3
|
Kendaraan dinas roda dua
|
3
|
Ambulance
|
1
|
Sumber : Profil Puskesmas Melong
Asih, 2013
4.1.5
Kebijakan dan Program Puskesmas Melong Asih
Tujuan dari pelaksanaan program adalah untuk mendulang tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Kebijakan dalam pelaksanaan program di
Puskesmas Melong Asih
adalah mengacu kepada kebijakan dasar puskesmas dan beban pelayanan yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi sebagai sarana pelayanan kesehatan
strata pertama dimana puskesmas melaksanakan upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan serta pelayanan penunjang.
a. Program Pelayanan Kesehatan Wajib, yaitu :
1.
Program Promosi Kesehatan
Meliputi kegiatan penyebarluasan informasi kesehatan kepada masyarakat
dalam wilayah binaan Puskesmas Melong Asih melalui kegiatan :
a)
Penyuluhan perorangan dan kelompok di dalam dan di luar gedung
puskesmas
b)
Pengkajian dan pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga, tempat-tempat
umum dan institusi pendidikan
c)
Pembinaan UKBM seperti posyandu, posbindu
d)
Pembinaan RW siaga
e)
Melaksanakan Kunjungan Rumah
f)
Melakukan Konseling Kesehatan
g)
Penyebarluasan leaflet-leaflet
h)
Pemasangan spanduk
2.
Program Kesehatan Lingkungan
a.
Pengawasan rumah sehat, sarana air bersih, jamban, SPAL, tempat-tempat
umum, tempat pengolahan makanan, dan industri
b.
Klinik Sanitasi
3.
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA / KB)
a.
Pemeriksaan Kehamilan
b.
Pelayanan Akseptor KB
c.
Pemeriksaan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
d.
Konseling Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
e.
Pelaksanaan kelas ibu
f.
Kunjungan Rumah Bumil Resti
g.
Penyuluhan Kesehatan Ibu dan Anak
h.
Pendataan Bumil
4.
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
a.
Pemberian Vitamin A pada bayi dan balita
b.
Pemberian Fe / Zat besi pada ibu hamil
c.
Pemberian Makanan Tambahan pada kasus gizi kurang / buruk
d.
Konseling Gizi
e.
Kunjungan Rumah Kasus gizi Buruk
f.
Pelaksanaan PMT Penyuluhan di Posyandu
g.
Pelaksanaan KP - ASI.
5.
Program Pencegahan dan Pemberantas Penyakit Menular
a.
Surveilans Puskesmas Terpadu
b.
Pengendalian penyakit menular seperti TB, Diare,
ISPA/Pneumonia, DBD, HIV/AIDS.
c.
Imunisasi dasar dan lanjutan
6.
Program Pengobatan
a.
Pengobatan Umum
b.
Pengobatan Gigi
c.
Rujukan
d.
Labolaturium.
b. Program Pengembangan
1.
Program Kesehatan Indera (Mata dan THT)
2.
Program Kesehatan Olah Raga
3.
Program Kesehatan Sekolah
4.
Program Kesehatan Gigi Sekolah
5.
Program Kesehatan Jiwa
6.
Program Kesehatan Tradisional
7.
Program Kesehatan Usia Lanjut
8.
Program Kesehatan Kerja
4.2
Kelompok
Pendukung ASI ( KP-ASI )
Air Susu Ibu (ASI)
adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses
alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusu
lebih dini dari yang semestinya. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan
agar proses menyusui berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan ibu-ibu antara
lain, ibu merasa bahwa ASI-nya tidak cukup, atau ASI tidak keluar pada
hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena
ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu tidak percaya diri
bahwa ASI-nya cukup untuk bayinya.
Disamping informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar belum
menjangkau sebagian besar ibu-ibu.
Kurangnya pengetahuan
dan keterampilan masyarakat tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui
menyebabkan mereka mudah terpengaruh oleh promosi susu formula yang sering
dinyatakan sebagai pengganti ASI (PASI), sehingga dewasa ini semakin banyak ibu
bersalin memberikan susu botol yang sebenarnya merugikan mereka. Untuk itu
perlu meningkatkan cakupan ASI Ekslusif dibentuk Kelompok Pendukung Ibu
(KP-ibu).
Kelompok Pendukung Ibu
(KP-ibu) adalah suatu kegiatan berbasis
masyarakat dimana 8 – 10 orang
ibu hamil dan ibu bayi 0-6 bulan berkumpul secara rutin 2 minggu sekali untuk berbagi pengalaman, ide, dan informasi
berkaitan dengan kehamilan, melahirkan dan menyusui dalam suasana saling
mendukung dan saling percaya yang dipandu oleh motivator dengan tujuan
mendukung ibu agar sukses memberikan ASI Eksklusif 6 bulan.
KP ASI mulai dibentuk
tahun 2011 bulan April di 15 kelurahan di kota Cimahi. Di kelurahan Melong Asih, KP-ASI di cobakan dibentuk di RW 6, dengan pertimbangan jumlah ibu
hamil dan menyusui lebih dari 10 orang seperti terlihat pada tabel data penduduk di RW 6 berikut
:
Keadaan Penduduk di Rw 06 Di Kelurahan Melong Asih
Keadaan penduduk
|
Jumlah
|
Kepala Keluarga
|
1259
|
Penduduk
|
4790
|
RT
|
7
|
Ibu Hamil
|
29
|
Jumlah Bayi
|
69
|
Jumlah Balita
|
286
|
Posyandu
|
2
|
KP-ASI
|
1
|
Sumber
Data : Puskesmas Melong Asih Tahun 2012
4.2.1 Proses Pembentukan dan Kegiatan
KP-ASI
Seperti halnya Pos Gizi, pembentukan
KP-ASI dan kegiatan pemberdayaan masyarakat lainnya melewati tahapan-tahapan
yang harus dilakukan. Tahapan kegiatan dalam KP-ASI adalah :
1.
Sosialisasi
Tingkat kelurahan di Kelurahan Melong Asih
Pada tanggal 7 Juli 2012,
dilakukan kegiatan sosialisasi yang merupakan kegiatan lintas sektor dan lintas
program dengan turut mengundang Bapak Lurah Kelurahan Melong Asih dan aparat
yang terkait, Bapak RW setempat dan aparat setempat, Kepala Puskesmas dan
Dokter koordinator, Ketua PKK Kelurahan, Kader PKK, Kader Posyandu, TOMA, TOGA,
LSM/LPM, dan calon peserta yaitu Ibu Hamil atau Ibu yang punya bayi 0-6 bulan
dan lainnya.
Tujuan dari sosialisasi adalah
penentuan lokasi dan penggalangan dukungan dari aparat hingga masyarakat setempat.
2.
Seleksi
Motivator KP-ASI
Acara sosialisasi dilanjutkan
dengan seleksi motivator yang bertujuan menyeleksi para peserta yang berminat
untuk menjadi motivator KP-ASI ( ibu hamil, ibu yang punya bayi 0-6 bulan dan
ibu kader ). Jumlah motivator yang akan dilatih sebanyak 5 orang.
3.
Pelatihan Motivator KP-ASI
Pelatihan Motivator dilaksanakan
selama 4 hari dengan waktu yang terbatas mengingat peserta adalah para ibu
hamil dan menyusui yang tidak memiliki banyak waktu luang. Kegiatan dilakukan
dengan metode pembelajaran orang dewasa, dipandu oleh 5 pembina motivator yang
merupakan petugas gizi kecamatan Cimahi Selatan.
Kegiatan ini dilakukan di Aula
Puskesmas Cimahi selatan tanggal 9 Juli 2012.
4.
Pertemuan
KP-ASI dilaksanakan 10x pertemuan
-
Tahun 2012 :
Bulan Agustus – Desember 2012
-
Tahun 2013 : Bulan April - Oktober 2013
-
Tahun 2014 : Bulan Juni - Oktober 2014
-
Gambar 4.2
Cakupan ASI Eksklusif di Kelurahan Melong Asih
Pada Grafik Cakupan ASI Eksklusif di Kelurahan Melong Asih menunjukkan pada
tahun 2011 mencapai 71.7% namun mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi
63.99% dan mengalami peningkatan kembali di tahun 2013 menjadi 67.2 %.
4.3
Penyuluhan PMT dan Konseling ASI dan MP ASI
Pengetahuan orang tua yang kurang tentang
pola asuh anak sehingga asupan gizi yang cukup tidak terpenuhi. Salah satu
contohnya adalah anak yang tidak diasuh oleh ibunya sendiri, pengasuh kurang
mengerti pentingnya makanan bergizi sehingga anak tidak mendapat gizi yang
cukup sehingga perlu adanya suatu
pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang
diperlukan dalam peningkatan dan mempertahankan gizi yang baik.
Salah satu kegiatan promotif yang dapat
dilaksanakan untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI Ekslusif dan menurunkan
angka cakupan balita gizi buruk adalah penyuluhan PMT (Pemberian Makanan
Tambahan) dan konseling ASI dan MP ASI (Makanan Pendamping ASI) dengan sasaran
ibu balita, pengasuh anak / balita, serta keluarga yang mengantar anak ke
posyandu. Penyuluhan dan konseling dilaksanakan sesuai dengan jadwal posyandu.
4.4 Pemberian PMT untuk balita
dengan status gizi kurang / buruk
Secara umum pemberian makanan tambahan bertujuan untuk
memperbaiki keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita kurang
gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut
tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah
garis merah. Pemberian makanan tambahan juga memiliki tujuan untuk menambah
energi dan zat gizi esensial. Sedangkan tujuan pemberian makanan tambahan (PMT)
pemulihan pada bayi dan balita gizi buruk, antara untuk memberikan makanan
tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna
mencapai status gizi yang optimal.
Tabel 4.8 Jumlah Balita dengan status gizi
kurang / buruk
yang mendapatkan PMT (Pemberian
Makanan Tambahan)
di wilayah PKM Melong Asih
JUMLAH BALITA PENERIMA PMT
|
|||||
2011
|
2012
|
2013
|
|||
N
|
T
|
N
|
T
|
N
|
T
|
4
|
1
|
7
|
1
|
11
|
7
|
5
|
8
|
18
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan status gizi anak setelah
diberikan PMT selama 90 hari.
4.5 Kunjungan Rumah untuk balita
penerima PMT
Home visit merupakan interaksi yang
dilakukan dirumah untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu
atau keluarga. Tujuan kunjungan rumah adalah meningkatkan sistem pendukung yang
ada agar efektif dan adekuat sebagai upaya pencapaian kesehatan keluarga,
meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan pada keluarga, khususnya keluarga
dengan masalah kesehatan yang spesifik ataupun ketidakmampuan, optimalisasi
perkembangan kesehatan keluarga dan pendidikan kesehatan terhadap pemeliharaan
dan pencegahan penyakit, meningkatkan kekuatan fungsi dan hubungan keluarga.
Kunjungan
rumah balita yang mendapatka PMT dan tindak lanjut kasus gizi buruk merupakan
salah satu bentuk pelayanan kesehatan rehabilitatif untuk mencegah balita
kembali mengalami penurunan status gizi.
4.6 Status gizi
Tabel 4.9
Status
Gizi dari 2011-2013 Di Wilayah PKM Melong Asih
Tahun
|
Status Gizi BB/U
|
|||||||||
Gizi Lebih
|
Gizi Baik
|
Gizi Kurang
|
Gizi Buruk
|
Jumlah Balita
|
||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
|
2011
|
301
|
10%
|
2449
|
79%
|
294
|
9%
|
55
|
2%
|
3099
|
100%
|
2012
|
425
|
15%
|
2062
|
72.8%
|
250
|
8.8%
|
94
|
2.4%
|
2833
|
100%
|
2013
|
101
|
3%
|
2549
|
86%
|
291
|
10%
|
21
|
1%
|
2962
|
100%
|
Pada
Tabel 4.9 menunjukan status gizi bayi dan balita di kelurahan Melong Asih tiap
tahunnya ada perubahan. Pada status gizi kurang menunjukkan ada peningkatan,
pada tahun 2011 berjumlah 294 anak, menurun di tahun 2012 berjumlah 250 anak
dan meningkat kembali tahun 2013 berjumlah 291 anak. Adapun hasil status gizi
buruk di tahun 2011 berjumlah 55 anak, meningkat pada tahun 2012 menjadi 94
anak, tahun 2013 menurun menjadi 21 anak.
Dengan
adanya penurunan status gizi balita kurang gizi di tiap tahunnya menunjukkan
dampak dari kegiatan Penyuluhan PMT, Konseling ASI dan
MP ASI, KP- ASI, Pemberian PMT dan Kunjungan Balita
sangat baik sekali dalam mendukung program kesehatan baik secara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya ini sangat sesuai dengan Program
Jaminan Kesehatan Nasional di tahun 2014, yang memprioritaskan lebih ke upaya
meningkatkan derajat kesehatan manusia yang setinggi tingginya dalam upaya
kesehatan dan pencegahan penyakit.
BAB V
5.1
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan selama tahun 2011 sampai dengan 2013, didapat kesimpulan sebagai
berikut :
a. Angka Balita Gizi buruk di wilayah PKM
Melong Asih mengalami penurunan setelah ada kegiatan Penyuluhan PMT dan pemberian PMT yaitu pada tahun 2012 menjadi 94 anak,
tahun 2013 menurun menjadi 21 anak.
b. Kegiatan KP ASI dan konseling ASI – MP ASI di posyandu
berdampak positif pada jumlah cakupan ASI Esklusif di Kelurahan Melong Asih
dilihat dari angka cakupan ASI Ekslusif tahun 2012 yaitu 63.99 % meningkat
menjadi 67.2%.
5.2
Rekomendasi
a.
Kegiatan
penyuluhan PMT dan Konseling ASI – MP ASI dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
Puskesmas selain nutrisionis yang bertugas sebagai pembina posyandu sehingga
penyuluhan dan konseling ASI – MP ASI dapat lebih rutin dilaksanakan.
b.
Kegiatan
Kelompok Pendukung ASI agar bisa dijalankan di semua RW yang ada di Kelurahan Melong
Asih karena terbukti bisa menaikkan cakupan ASI Eksklusif dan sebagai
pencegahan awal terjadinya balita kurang gizi.
c.
Pemberian
PMT sebaiknya diberikan selain untuk balita dengan status gizi buruk juga
diberikan kepada balita dengan status gizi kurang. Hal ini untuk mencegah
penurunan status gizi balita kurang menjadi balita dengan status gizi buruk.
d.
Kunjungan rumah balita yang mendapatkan PMT dan tindak lanjut kasus
gizi buruk perlu dilakukan sebagai tindak lanjut dari pemberian PMT.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Departemen
Kesehatan RI, Pelatihan Konseling Menyusui, Jakarta 2011.
2. Departemen
Kesehatan RI. 2000. Pedoman Tatalaksana Kurang Energi Protein pada anak di
Puskesmas dan di Rumah Tangga. Jakarta
3. Esterida,Masnur dkk. 2008. 10 Topik Umum Diksusi Kelompok
Ibu, Mercy Corps, Jakarta.
4. Indonesia, UNDP. 2009. Millenium Development Goals. www.undp.com. [Online] 2009.
5. Peraturan
Pemerintah RI, 2012. Pemberian Air Susu Ibu, Jakarta.
6. Solekhah, Seni. 2011. Hasil Laporan Tahunan Gizi Tahun 2011,
Cimahi.
7. Solekhah, Seni. 2012.
Hasil Laporan Tahunan Gizi Tahun 2012, Cimahi.
8. Solekhah, Seni. 2013. Hasil Laporan Tahunan Gizi Tahun
2013, Cimahi.
9. Solekhah, Seni. 2011. Hasil BPB Kelurahan Melong Asih Tahun
2011, Cimahi.
10. Solekhah, Seni. 2012. Hasil BPB Kelurahan Melong Asih Tahun
2012, Cimahi.
11. Solekhah, Seni. 2013. Hasil BPB Kelurahan Melong Asih Tahun 2013,
Cimahi.
12. WHO.
2009. Pengertian ASI menurut WHO Translate.
13. Pengetahuanumum/net/indonesia/.../jaminan-kesehatan-nasional-jkn/
15. www.jkn.kemkes.go.id
Komentar
Posting Komentar