Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Balita Melalui Kegiatan KP ASI, Konseling ASI dan MP ASI di Wilayah PKM Melong Asih

Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Balita
 Melalui Kegiatan KP ASI, Konseling ASI dan MP ASI
 di Wilayah PKM Melong Asih


Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan
 Tk. Provinsi Jawa Barat Tahun 2015



Disusun Oleh :
Seni Umi Solekhah, AMG
NIP. 198802052010012002



PUSKESMAS MELONG ASIH
DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI
TAHUN 2015

ABSTRAK



Salah satu penyebab utama terjadinya gizi kurang dan hambatan pertumbuhan pada anak usia balita berkaitan dengan rendahnya pemberian ASI.Hasil Cakupan program gizi di wilayah Puskesmas Melong Asihmenunjukkan Balita Gizi Buruk BB/U tahun 2011 adalah 55 orang (2%), meningkat Tahun 2012 menjadi 96 orang (2,4%) berbanding lurus dengan hasilcakupan pemberian  ASI Eksklusif 0-6 bulan yang menurun, pada tahun 2011 cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Melong Puskesmas Melong Asih sebesar 71.7% sedangkan tahun 2012 menjadi 63.9%.Salah satu cara untuk meningkatkan status gizi balita adalah dengan meningkatkan pengetahuan ibu / pengasuh sehingga diharapkan adanya perubahan pola asuh dan pola pemberian makan terhadap balita menjadi lebih baik. Upaya yang telah berjalan untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita dan meningkatkan status gizi balita di wilayah PKM Melong Asih adalah Kegiatan KP ASI (Kelompok Pendukung ASI), Konseling ASI dan MP ASI (Makanan Pendamping ASI).Cakupan ASI Eksklusif menunjukkan kenaikan setelah ada kegiatan KP-ASI di RW 06 yaitucakupan ASI Eksklusif tahun 2012 yaitu 62,54% dan mengalami peningkatan di tahun 2014 menjadi 83,9 % dan di RW 34 pada tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif yaitu 70,2% dan meningkat setelah adanya kegiatan KP ASI di tahun 2014 meningkat menjadi 85,73%. Begitu pula dengan angka Cakupan ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Melong Asih pada tahun 2011 yaitu 71,1% dan setelah diadakan kegiatan KP ASI dan konseling ASI di Posyandu angka cakupan ASI Eksklusif semakin meningkat menjadi 76,2 % ditahun 2014.  Angka Balita Gizi Buruk di wilayah PKM Melong Asih  setelah ada kegiatan KP ASI,konseling ASI & MPASImengalami penurunan, yaitu tahun 2014jumlah balita Gizi Buruk BB/Umenjadi 5 anak (0,18%).Dengan adanya penurunan status gizi balita kurang gizi di tiap tahunnya menunjukkan dampak dari kegiatan KP ASI, Konseling ASI dan MP ASIdalam meningkatkan pengetahuan ibu balitaserta sangat baik dalam mendukung program kesehatan baik secara promotif maupun preventif.


Kata kunci : Kurang Gizi, Pengetahuan Ibu, ASI, MP ASI


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat danKaruniaNYA Makalah dengan judul“Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Balita Melalui Kegiatan KP ASI, Konseling ASI dan MP ASI di Wilayah PKM Melong Asih” dapat terselesaikan.
Makalah ini merupakan salah satu dokumentasi kegiatan nyata yang telah dilaksanakan dan berperan dalam peningkatan perbaikan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Melong Asihyang disajikan dalam bentuk data, informasi, narasi sehinggadapat digunakan sebagai bahan acuan program perbaikan gizimasyarakat di wilayah PKM Melong Asih.
Untuk itulah dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.           Dinas Kesehatan Kota Cimahi
2.           Kepala dan Staf Puskesmas Melong Asih
3.          Rekan-rekan TPG, Keluarga, seluruh kader posyandu Kelurahan Melong serta semua pihak yang telah membantu baik dalam pelaksanaan kegiatan maupun penyusunan makalah ini.
Menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan, penulis mengharapkan saran yang dapat membuatnya menjadi lebih baik.
Cimahi, 24 April 2015
Penulis,
Pelaksana Gizi Puskesmas Melong Asih



Seni Umi Solekhah, AMG


BAB I

A.   Latar Belakang

Sasaran pembangunan pangan dan gizi dalam RPJMN 2010-2014 dan RAN-PG 2011-2015 adalah menurunkan prevalensi kekurangan gizi pada balita, termasuk stunting. Seiring dengan hal tersebut, gerakan perbaikan gizi dengan fokus terhadap kelompok 1000 hari pertama kehidupan pada tataran global disebut Scaling Up Nutrition (SUN) dan di Indonesia disebut dengan Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan dan disingkat Gerakan 1000 HPK)(Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, 2012).
SUN (Scaling Up Nutrition) Movement merupakan upaya global dari berbagai negara dalam rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya penanganan gizi sejak 1.000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Tujuan Global SUN Movement adalah menurunkan masalah gizi, dengan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan (270 hari selama kehamilan dan 730 hari dari kelahiran sampai usia 2 tahun) yaitu pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan (Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, 2012).
Sasaran yang ingin dicapai pada akhir tahun 2025 adalah menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40%, menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) kurang dari 5%, menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30%,tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih, menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50%, meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan paling kurang 50% (Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, 2012).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 presentase balita dengan status gizi buruk berdasarkan BB/U 5,7 % meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu 4,9%. Pemberian ASI saja 24 jam terakhir menurut umur bayi tahun 2013 semakin menurun yaitu pada umur 1 bulan 52,7%, umur 2 bulan 48,7%, umur 3 bulan 46,0%, umur 4 bulan 41,9%, umur 5 bulan 36,6% dan di umur 6 bulan 30,2%(Litbangkes, 2013). Di Jawa Barat persentase balita dengan status gizi kurang berdasarkan BB/U 6,89% dan balita dengan status gizi buruk 0,76% (BPB, 2013) sementara persentase capaian bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif di tahun 2013 adalah 54,3% dan menurun di tahun 2014 menjadi 38,6% (Dinkes Jabar, 2014). Di Kota Cimahibalita dengan status gizi sangat kurang berdasarkan BB/U tahun 2014 yaitu 0,51% dengan cakupan pemberian ASI Eksklusif 63,39% (Dinkes Cimahi, 2014)
Studi-studi di banyak negara berkembangmengungkap bahwa penyebab utama terjadinyagizi kurang dan hambatan pertumbuhan pada anakusia balita berkaitan dengan rendahnyapemberian ASI. Pertumbuhan dan perkembanganbayi dan balita sebagian besar dipengaruhi olehjumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi danzat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASItersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapatmencukupi kebutuhan pertumbuhan usia sampaisekitar enam bulan.Selain ASI, pemberian MP ASI juga turut berperandalam pertumbuhan dan perkembangan anak.Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah salahsatu cara pemberian makanan disamping ASI padaanak usia 6-24 bulan, sebagaimana yang telahdirekomendasikan oleh WHO dan UNICEF sertadiadopsi oleh semua negara di dunia termasuk Indonesia. (Siregar, 2004)
Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6 bulan anak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan (Depkes RI, 2005).
Untuk memperoleh MP-ASI yang baik secara kuantitas dan kualitas maka diperlukan peranan tugas kesehatan untuk memberi informasi tentang praktik pemberian makanan yang baik untuk anak di bawah usia 2 tahun kepada ibu, pengasuh dan keluarga (Kemenkes RI, 2011). Salah satu upaya kesehatan untuk meningkatkan yang mengutamakan kegiatan yang bersifat promotif.Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.Sedangkan pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.Upaya promotif dan preventif dalam program gizi meliputikegiatan  KP ASI (Kelompok Pendukung ASI), konseling tentang pemberian makanan bayi dan anak (Konseling ASI dan MP ASI) di Posyandu.

B.   Masalah

Air Susu Ibu (ASI) lebih baik daripada susu formula karena ASI mengandung nutrisi yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Tetapi di Indonesia sekarang ini persentase wanita yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi-bayi mereka sudah mengalami penurunan dari 40% pada tahun 2002-2003 menjadi 32,4% pada tahun 2007 (Statistics Indonesia and Macro International, 2008). Adapun faktor yang mungkin dapat menyebabkan kegagalan pemberian ASI diantaranya adalah sikap ibu yang tidak mendukung dan kurangnya pengetahuan ibu dalam memberikan Asi Eksklusif kepada bayinya(Almatsier, 2011).
Sesuai dengan teori bahwa pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu cara pemberian makan yang tepat pada bayi dan anak yang berdampak pada kesehatan dan status gizi balita, merujuk pada data cakupan program gizi di Puskesmas Melong Asih yang menunjukkan trend kenaikan Balita Gizi Buruk BB/U dari 55 orang pada tahun 2011 meningkat menjadi 96 orang Tahun 2012.
Jumlah status gizi balita yang didapat dari data BPB(Bulan Penimbangan Balita) tahun 2011dan 2012 di wilayah kelurahan Melong Asih adalah sebagai berikut :

Tahun
Status Gizi BB/U
Jumlah Balita
Lebih
Baik
Kurang
Buruk
2011
301
2449
294
55
3099
10%
79%
9%
2%
2012
425
2062
250
96

2833
15%
72.8%
8.8%
2.4%
Tabel 1.1 Status Gizi Balita di Wilayah Puskesmas Melong Asih


Sementara cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2011 cakupan ASIEksklusif mencapai 71.7% namun menurun di tahun 2012 menjadi 63.99%. Hasil data tersebut menunjukkan meningkatnya angka gizi buruk berbanding lurus dengan cakupan ASI Eksklusif yang menurun dari tahun 2011 ke tahun 2012.

Gambar 1.1 Cakupan Balita dengan Status Gizi Buruk dan Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Puskesmas Melong Asih Tahun 2011 - 2012

Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi yang baru lahir minimal selama enam bulan. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) seharusnya diberikan setelah bayi berumur 6 bulan dan pemberian ASI disarankan untuk dilanjutkan hingga bayi berumur 2 tahun (WHO, 2005).
Pada usia enambulan bayi mulai diberikan Makanan Pendamping Air susu Ibu (MP-ASI), sebagian besar anak tidak mendapat MP-ASI dalam jumlah yang cukup baik segi kuantitas maupun kualitas. Jika bayi dan anak usia 6-24 bulan tidak memperoleh cukup gizi dari MP-ASI, maka akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan kurang gizi. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah kekurangan gizi maka diperlukan perbaikan dan kuantitas dan kualitas MP-ASI.
Agar bayi dan balita memperoleh ASI dan MP ASI yang baik secara kuantitas dan kualitas maka diperlukan peranan petugas kesehatan untuk memberikan informasi kepada ibu, pengasuh dan keluarga. Keterkaitan antara kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil, pemberian ASI dan MP ASI dengan pembentukan status gizi mengharuskan adanya suatu kegiatan terpadu yang mengatasi masalah sejak dini baik preventif maupun promotifSalah satu kegiatan pormotif dan preventif di bidang gizi yaitu kegiatan KP ASI, Konseling ASI dan MP ASI.

C.   Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan permasalah adalah :

D.   Tujuan

1.   Tujuan Umum
Memberikan gambaran kegiatan untukmeningkatkan pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif dan pemberian MP ASI yang baik serta meningkatkan status gizi balita di Puskesmas Melong Asih.



2.   Tujuan Khusus
a.  Memberikan gambaran kecenderungan pengaruh kegiatan KP-ASI terhadap cakupan pemberian ASI Eksklusif di wilayah RW 06 dan RW 34.
b.  Mengetahui kecenderungan hasil kegiatan KP ASI, Konseling ASI dan MP ASI terhadap cakupan pemberian ASIEksklusif di wilayah PKM Melong Asih.
c.  Mengetahui kecenderungan hasil kegiatan KP ASI, Konseling ASI dan MP ASIterhadap cakupan balita dengan status gizi buruk di PKM Melong Asih.

E.   Manfaat Makalah

Makalah ini bermanfaat untuk evaluasi pelaksanaan kegiatan dan acuan perencanaan penatalaksanaan balita kurang gizi selanjutnya

A.   Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Pelayanan kesehatan masyarakat terdiri dari :

1.   Pelayanan kesehatan promotif

Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan dan memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan yang sehat (Depkes, 2000). Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Istilah dan pengertian promosi kesehatan ini merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi).
Menurut Notoatmodjo (2007) Promosi Kesehatan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.Kegiatan promotif dalam program gizi meliputi konseling tentang ASI Ekslusif dan mengenai pemberian makanan bayi dan anak.

2.   Pelayanan kesehatan preventif

Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat
Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

B.   Status Gizi

1.   Status Gizi Balita
Status gizi balita adalah keadaan kesehatan anak balita yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri.
Status gizi adalah keadaan kesehatan yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara makanan, tubuh dan lingkungan hidup manusia. Status gizi diukur dengan cara yaitu (Depkes, 1992).
1.  Antropometri, yaitu mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lemak dibawah kulit.
2. Klinik, yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh ahli medis, biasanya yang melakukannya adalah seorang dokter.
3. Laboratorium, yaitu pemeriksaan darah, urine dan tinja.
4.  Dietetik, yaitu pemeriksaan jenis, jumlah, komposisi makanan yang dikonsumsi oleh individu.
Berdasarkan Departemen Kesehatan (2011) penentuan status gizi anak balita dilakukan secara klinis dan antropometri (BB/TB-PB), sehingga dapat diketahui tingkat status gizi balita tersebut.
2.   Masalah Gizi pada Balita
Berg (1989) berbicara mengenai gizi berarti membicarakan tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan dan proses dimana organisme menggunakan makanan untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, bekerjanya anggota dan jaringan tubuh secara normal dan produksi tenaga.
Membahas mengenai masalah gizi, dapat digolongkan kepada tiga bagian sebagai berikut :
a. Gizi kurang, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang timbul karena tidak cukup makan dan dengan demikian konsumsi energi kurang selama jangka waktu tertentu, ditandai dengan berat badan yang menurun.
b. Gizi lebih, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang disebabkan kebanyakan makan serta mengkonsumsi energi lebih banyak daripada yang diperlukan tubuh untuk jangka waktu yang panjang, kegemukan merupakan tanda pertama yang biasa dilihat.
c. Gizi buruk, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang disebabkan oleh makanan yang sangat kurang dalam satu atau lebih zat esensial dalam waktu lama, biasanya diikuti dengan tanda-tanda klinis khusus seperti marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor

C.   ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2005).
Sedangkan ASI Eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (WHO, 2009). ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:
a)    ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b)   ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat untuk:
·            Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
·            Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
·            Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
·            Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium.
·            ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
·            ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
·            Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
a)    Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya.
b)   Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
c)    Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil
d)   Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
e)    Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberapa bulan (menjarangkan kehamilan)
f)     Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.

D.   Kelompok Pendukung ASI ( KP-ASI )

Kelompok Pendukung adalah beberapa orang yang mengalami situasi yang sama atau memiliki tujuan yang sama, yang bertemu secara rutin untuk saling menceritakan kesulitan, keberhasilan, informasi dan ide berkaitan dengan situasi yang dihadapi atau upaya mencari tujuan yang diinginkan. Peserta KP-ASI adalah ibu hamil serta ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Namun terbuka juga untuk orang-orang yang memiliki minat sama.(Esterida, Masnur  dkk. 2008)
Unsur KP- ASI adalah : Peserta, Motivator, Pembina dan penggerak.Dalam pertemuan KP-ASI akan dipandu oleh seorang motivator.Motivator adalah anggota masyarakat yang mempunyai sikap positif terhadap pemberian air susu ibu (ASI ), berminat serta telah mendapatkan pelatihan khusus untuk membantu para ibu agar sukses menyusui secara optimal(Esterida, Masnur  dkk. 2008).
Dalam pertemuan KP-ASI juga dihadiri oleh Pembina motivator menyusui. Pembina motivator menyusui adalah konselor menyusui atau petugas kesehatan setempat yang mempunyai sikap positif terhadap pemberian Air susu ibu ( ASI) dan telah mendapatkan pelatihan khusus untuk membina dan mendampingi motivator menyusui agar optimal dalam menjalankan peran-perannya.
Materi yang diberikan pada kegiatan KP-ASI adalah seputar kehamilan, menyusui dan melahirkan, dengan 10 topik utama yaitu :
Masa kehamilan yang menyenangkan berisi tentang persiapan persalinan, kebutuhan gizi ibu hamil, gangguan pada kehamilan, pemeriksaan kehamilan, perawatan tubuh saat kehamilan dan hubungan seksula yang aman saat kehamilan.
·            ASI eksklusif
Topik ini membahas tentang definisi ASI eksklusif, manfaat ASI bagi bayi dan ibu, komposisi ASI.
·            IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
·            Payudara Dan Produksi ASI
         Pada sesi payudara dan produksi ASI, peserta diajak memahami bahwa bukan bentuk payudara dan bentuk puting yang mempengaruhi produksi ASI, melainkan hisapan bayi.
·            Menyusui Yang  Nyaman Untuk Ibu Dan Bayi
Menyusui yang  nyaman dengan posisi yang nyaman untuk ibu dan bayi and perlekatan yang tepat agar mengoptimalkan produksi dan konsumsi ASI.
·            ASI Ku Cukup Tidak Ya?
Menjawab pertanyaan sebagian besar ibu yang merasa tidak percaya diri dapat memberikan ASI yang cukup untuk bayinya.
·            Menangis Bukan Berarti Lapar
Tidak selamanya bayi menangis berarti lapar, ada enam sebab lainnya ia menangis. Topik ini memberi pemahaman jangan bergegas mengambil kesimpulan memberikan makan pada bayi yang sering menangis.
·            KasihASI Dimana Saja Dan Kapan Saja
Banyak ibu bekerja yang menggunakan alasan masa cutinya habis sehingga memberikan Susu formula pada anaknya. Sesi ini dibahas mengenai cara mendapatkan ASI perah dan cara penyimpanan ASI dalam berbagai keadaan.
·            MenyusuiDan Gizi Ibu
Penting untuk diingat bahwa bukan kuantitas makanan yang harus diperhatikan pada ibu menyususi tetapi kualitas makanannya.
·            SetelahUsia 6 Bulan
Banyak ibu yang mulai memberikan makan pada anaknya sebelum usia 6 bulan, padahal MP-ASI baru diberikan setelah anak berusia 6 bulan. Sesi ini memberi pembelajaran pada para ibu bahwa prinsip pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) adalah teruskan pemberian ASI hingga 2 tahun, dengan prinsip pemberian makan semakin bertambah usia, tekstur semakin kasar, frekuensi semakin sering, jumlah semakin banyak dan jenis semakin beragam.

E.   Konseling MP ASI

Konseling (counseling) terkadang disebut sebagai penyuluhan, yang berartisuatu bentuk bantuan. Konseling merupakan suatu proses pelayanan yang melibatkankemampuan professional pada pemberi pelayanan dan sekurangnya melibatkan pulaorang kedua, penerima layanan, yaitu orang yang sebelumnya merasa ataupun nyatanyata tidak dapat berbuat banyak dan setelah mendapat layanan menjadi dapatmelakukan sesuatu (Mappiare,2006).
Konseling gizi adalah suatu proses komunikasi interpersonal/dua arah antara konselor dan klien untuk membantu klien mengenali, mengatasi dan membuat keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi (Dep.kes, 2000). 
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).
Pemenuhan gizi merupakan hak dasar anak. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak sebagaimana di amanatkan oleh undang-undang tahun 1945 dan kesepakatan internasional seperti konvensi hak anak (Komisi hak anak PBB, 1989, Pasal 24), adalah memberikan makanan yang terbaik bagi anak usia di bawah 2 tahun. Untuk mencapai hal tersebut, Strategi Nasional Peningkatan Pemberian Asi dan MP-ASI merekomendasikan pemberian makanan yang baik dan tepat bagi bayi dan anak 0-24 bulan adalah: (1) mulai menyusu satu jam setelah lahir; (2) menyusu secara eksklusif sampai usia 6 bulan; (3) memberikan makanan Pedamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan; (4) meneruskan menyusu sampai usia 2 tahun atau lebih (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Pada usia 6 bulan bayi mulai diberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI), sebagian besar anak tidak mendapat MP ASI dalam jumlah yang cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Untuk memperoleh MP ASI yang baik secara kualitas dan kuantitas maka diperlukan peranan petugas kesehatan untuk memberi informasi tentang praktik pemberian makanan yang baik untuk anak di bawah usia 2 tahun kepada ibu, pengasuh, dan keluarga (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Salah satu cara untuk memberikan informasi mengenai pemberian makanan yang baik adalah konseling MP ASI. Konseling MP-ASI merupakan salah satu cara agar ibu dapat memberikan MPASI dengan benar sehingga kebutuhan anak sehari dapat terpenuhi, dan proses pertumbuhan sel otak yang merupakan dasar kecerdasan anak terbentuk sempurna.


BAB III 

KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR


A.   Kerangka Teoritis

Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang atau anak sering sakit/terkena infeksi, atau disebabkan oleh banyak faktor lainnya seperti, tidak tersedianya makanan yang adekuat, dan anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, serta pola asuh yang salah (IDAI, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan (2005) gizi buruk di pengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait, secara langsung gizi buruk dipengaruhi oleh tiga faktor penyebab yaitu, anak tidak cukup mendapatkan makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapatkan asuhan gizi yang memadai, dan anak menderita penyakit infeksi.
1.     Anak tidak cukup mendapat makanan yang bergizi seimbang
Bayi dan anak balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi seperti ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif, dan setelah 6 bulan anak anak tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan rendah seringkali anak mendapatkan makanan seadanya karena faktor ketidaktahuan dan ketidak mampuan.
2.     Anak tidak mendapatkan asuhan gizi yang memadai
Pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Pengetahuan orang tua yang kurang tentang pola asuh anak sehingga asupan gizi yang cukup tidak terpenuhi. Salah satu contohnya adalah anak yang tidak diasuh oleh ibunya sendiri, pengasuh kurang mengerti pentingnya makanan bergizi sehingga anak tidak mendapat gizi yang cukup.
3.     Anak menderita penyakit infeksi
Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian penyakit infeksi dan gizi buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan, sehingga anak mudah terkena penyakit infeksi. Demikian juga anak yang menderita infeksi akan cenderung menderita gizi buruk.
Gambar 3.1 Gizi Menurut Daur Kehidupan

Gambar 3‑2. Penyebab Kurang Gizi menurut UNICEF

B.   Kerangka Pikir

Dengan meningkatnya pengetahuan ibu diharapkan adanya perubahan perilaku atau pola asuh ibu terhadapa balita sehingga  meningkat pula status gizi balita di wilayah Puskesmas Melong 

Asih.
Upaya pencegahan gizi buruk meliputi rencana jangka pendek untuk tanggap darurat dengan menerapkan prosedur tatalaksana penanggulangan gizi buruk, kemudian rencana jangka panjang untuk tahap pencegahan terhadap peningkatan status melalui koordinasi lintas program, lintas sektor, penyuluhan gizi dan kesehatan terutama pada rekomendasi pola makan bayi dan balita menurut WHO.
Kegiatan yang dilakukan di puskesmas Melong Asihsecara langsung dan tidak langsung yang mencakup bebagai tahapan tersebutadalah :
Gambar 3.3 Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Balita Melalui KegiatanKP ASI, Konseling ASI dan MP ASI
di Wilayah PKM Melong Asih


BAB IV

PEMBAHASAN


A.   Profil Puskesmas Melong Asih

1.   Visi, Misi, Strategi, Motto, dan Nilai – Nilai Puskesmas

a)   Visi Puskesmas Melong Asih
Dalam upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional, pembangunan kesehatan dilaksanakan di berbagai tingkatan baik tingkat pusat maupun tingkat daerah. Puskesmas Melong Asih sebagai unit pelaksana teknis tingkat daerah (dinas kesehatan kab/kota) yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dalam melaksanakan pembangunan kesehatan mempunyai visi yaitu :
”Puskesmas Melong Asih Mewujudkan Masyarakat Melong Siaga untuk Mandiri Hidup Sehat Tahun 2017”.
Untuk mencerminkan visi menjadi suatu yang kongkrit dan bisa diukur, perlu adanya suatu indikator yang dapat digunakan sebagai acuan penetapan pencapaian visi.
Indikator keberhasilan visi Puskesmas Melong Asih adalah :
1.    RW SIAGA : 100 % RW di di wilayah kerja puskesmas Melong Asih menjadi RW SIAGA dengan tingkat SIAGA Strata Utama.
2.    Lingkungan Sehat : 80 % rumah sehat, 80 % keluarga gunakan air bersih, 85 % keluarga gunakan jamban Sehat, 80 % sekolah sehat, 80 % kelurahan sehat.
3.    Perilaku Sehat : 75 % penduduk yang berperilaku sehat (aktivitas fisik, makan dengan gizi baik dan tidak merokok dalam rumah), 70 % tatanan keluarga sehat.
Pencapaian indikator tidak hanya merupakan kinerja Puskesmas, namun kinerja bersama Dinas/Badan/Lembaga Pemerintah Kota Cimahi, masyarakat serta swasta.
b)   Misi Puskesmas Melong Asih
Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar visi organisasi dapat tercapai dan memberi arah terhadap pencapaian tujuan dan sasaran.
Misi Puskesmas Melong Asih yaitu :
1)   Mengembangkan kualitas RW Siaga sebagai upaya mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
2)   Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak.
3)   Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata, dan terjangkau.
Indikator keberhasilan misi Puskesmas Melong Asih yaitu :
1)   100 % RW SIAGA di wilayah kerja Puskesmas Melong Asih dengan tingkat SIAGA Strata Utama.
2)   Institusi pendidikan 50 %, LSM 50 %, Industri 10 %.
3)   Pelayanan mempunyai SOP 100 %, pemanfaatan sarana yankes 55 %, pengunjung/pasien puas akan pelayanan kesehatan 90 %, setiap RW mempunyai 1 posyandu dan setiap kelurahan minimalmempunyai 5 posyandu purnama / mandiri, 100 % kelurahan telah mencapai Universal Child Immunization (UCI).
c)   Strategi
Strategi Puskesmas Melong Asih dalam upaya tercapainya visi dan misi yaitu :
1)   Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.
2)   Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dalam upaya meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk mandiri hidup sehat.
3)   Menyelenggarakan pelayanan  kesehatan yang profesional dan prima kepada masyarakat   sesuai dengan standar dan prosedur yang ada.
4)   Meningkatkan SDM yang profesional  yang mampu memberikan kepuasan terhadap kebutuhan  masyarakat.
d)   Motto Puskesmas Melong Asih
Dalam melaksanakan pelayanan Puskesmas Melong Asih mempunyai motto yaitu:
“Puskesmas Melong Asih IKHLAS dalam Pelayanan”
I         =       Inovatif
K         =       Kerja sama
H        =       Harmoni
L         =       Loyal
A         =       Aman
S         =       Senyum, Salam, Sapa

2.   Data Umum

a)   Geografis
Puskesmas Melong Asih terletak di RW 31 Kelurahan Melong yang berada dalam wilayah Kecamatan Cimahi Selatan. Kelurahan Melong mempunyai luas 313.060  Ha, terletak pada ketinggian 500 s/d 700 m diatas permukaan laut. Kelurahan Melong terdiri atas 36 RW (Rukun Warga) dan 191 RT (Rukun Tetangga), berbatasan dengan Kel. Cibeureum di Utara, Desa Marga Asih di Selatan, Kel. Utama di Barat dan Kota Bandung di Timur, serta memiliki jumlah penduduk pada tahun 2014 sekitar 67.491 jiwa ( sumber data : Kelurahan Melong 2014 ). Secara geografis Kelurahan Melong terdiri dari lahan pemukiman 242.244 Ha, lahan kuburan  0.336 Ha, lahan perkantoran 0.080 Ha, luas sarana umum lainnya 70.815,544 Ha dan selebihnya merupakan lahan pekarangan dan taman.
Dikarenakan beratnya beban kerja di wilayah Kelurahan Melong, atas usulan Dinas Kesehatan Kota Cimahi maka Pemerintah Kota Cimahi membangun 1 ( satu ) buah lagi puskesmas yang terletak di sebelah barat Puskesmas Melong Asih, yang dinamakan Puskesmas Melong Tengah yang telah resmi beroperasi sejak bulan April 2011. Dengan demikian wilayah kerja Puskesmas Melong Asih yang sebelumnya meliputi 1 ( satu ) kelurahan Melong atau 36 RW / 191 RT, kini hanya meliputi 20 RW dan 108 RT di Kelurahan Melong, yaitu terdiri dari RW 06, RW 07, RW 09, RW 10, RW 11, RW 12, RW 13, RW 14, RW 15, RW 16, RW 17, RW 19, RW 20, RW 22, RW 26, RW 27, RW 31, RW 32, RW 33, dan RW 34, dengan luas wilayah saat ini adalah 181,42 Ha. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Melong Asih saat ini (20 RW) sekitar 39.589  jiwa(sumber data : Kelurahan Melong 2014). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar berikut.


Dengan demikian batas geografis wilayah kerja Puskesmas Melong Asih sekarang adalah sebagai berikut :
-       Sebelah Utara         :   Kel. Cibeureum ( Kota Cimahi )
-       Sebelah Timur         :   Kel. Cijerah ( Kota Bandung )
-       Sebelah Selatan      :   Desa Marga Asih ( Kab. Bandung )
-       Sebelah Barat         : Wilayah Kerja PKM Melong Tengah
Wilayah kerja Puskesmas Melong Asih memiliki beberapahal yang spesifik, yaitu :
1)     Luas wilayah kerja Puskesmas Melong Asih yang meliputi 20 RW dan 108 RT di lingkup Kel. Melong adalah 181,42 Ha dengan jumlah penduduk sekitar 39.589 jiwa.Tingkat kepadatan  penduduk  diwilyah kerja PuskesmasMelong  Asih rata – rata sebesar 218 jiwa / Ha.
2)     Berdasarkan data dari Kelurahan Melong, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Melong Asih pada akhir tahun 2014 mencapai 39.589 jiwa dengan jumlah Kepala Keluargasebesar 9.987 KK. Rata-rata setiap keluarga mempunyai sekitar 3 - 4 orang anggota keluarga.
3)     Jumlah Kepala Keluarga miskin yang ada di wilayah kerja Puskesmas Melong Asih pada tahun 2014 sebanyak 1.228 KK dengan persentase 12,29dari total KK yang ada di wilayah kerja Puskesmas Melong Asih. Sedangkan jumlah penduduk miskin berdasarkan RTS ( Rumah Tangga Sasaran ) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Melong Asih sebanyak 5633 orang atau 14,2 % dari total penduduk di wilayah kerja Puskesmas Melong Asih. Jumlah penduduk miskin yang memiliki kartu Jamkesmas sebanyak 5360 orang atau baru sekitar 95,1 % masyarakat miskin yang memiliki kartu Jamkesmas. Sisa masyarakat miskin yang belum memiliki kartu Jamkesmas dilayani dengan Jamkesda
4)     Memiliki kawasan industri yang walaupun tidak luas namun tetap rawan terjadi kebakaran dan keracunan makanan pada karyawan pabrik.
5)     Mobilitas penduduk yang cukup tinggi dikarenakan daerah industri, sehingga banyak terdapat kontrakanmaupun kost-kostan buruh pabrik yang banyak berada di gang-gang kecil, kepadatan penduduknya dengan hygiene & sanitasi yang kurang baik.
b)   Data Demografi
1)   Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Pengelompokkan
Jumlah Jiwa
Laki – Laki
Perempuan
19062
20527
Jumlah
39589
Sumber : Profil Puskesmas Melong Asih, 2014
Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja
Puskesmas Melong Asih Tahun 2014

Jumlah penduduk Melong Asih dapat berubah-ubah dengan cepat, hal ini dipengaruhi oleh tingginya mobilitas / perpindahan penduduk yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Melong Asih, perpindahan penduduk bisa terjadi antar RW ataupun antar kelurahan.
2)   Jumlah RW
No
RW
Jumlah KK
Jumlah Penduduk
1
6
1505
5763
2
7
833
3311
3
9
590
2268
4
10
238
787
5
11
459
2259
6
12
357
1507
7
13
296
1024
8
14
550
2065
9
15
331
782
10
16
474
1663
11
17
374
1369
12
19
424
1486
13
20
271
950
14
22
780
2829
15
26
528
1908
16
27
282
1120
17
31
291
1082
18
32
127
449
19
33
312
1071
20
34
421
1704

Jumlah
9383
35397
Sumber : Profil Puskesmas Melong Asih, 2014
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Komposisi Penduduk di Puskesmas Melong Asih Tahun 2014

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di RW dan yang paling sedikit penduduknya adalah RW 32.

3)   Sasaran Jumlah Bumil, Bayi, Balita, Anak Sekolah dan Lansia

Bumil
Bulin
Neo Resti
Bayi
Balita
Lansia
887
847
161
807
2760
752
                   Sumber : Profil Puskesmas Melong Asih, 2014
Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk Kelompok Rentan di Wilayah Kerja Puskesmas Melong Asih Tahun 2014

B.   Kelompok Pendukung ASI ( KP-ASI )

Bulin, neonatus, bayi, balita dan usia lanjut merupakan kelompok sasaran yang memerlukan penanganan  khusus dan merupakan modal dasar dalam penyusunan arah kebijakan program pembangunan kesehatan di Kota Cimahi sehingga harus diketahui berapa besar komposisi rasio penduduk rentan tersebut. Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk rentan di Wilayah Kerja Puskesmas Melong Asih terbanyak merupakan kelompok Balita. Kelompok Pendukung ASI ( KP-ASI )
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusu lebih dini dari yang semestinya. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASI-nya tidak cukup, atau ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu tidak percaya diri bahwa ASI-nya  cukup untuk bayinya. Disamping informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu.
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan mereka mudah terpengaruh oleh promosi susu formula yang sering dinyatakan sebagai pengganti ASI (PASI), sehingga dewasa ini semakin banyak ibu bersalin memberikan susu botol yang sebenarnya merugikan mereka. Untuk itu perlu meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dibentuk Kelompok Pendukung Ibu (KP-ibu).
Kelompok Pendukung Ibu (KP-ibu) adalah suatu kegiatan berbasis masyarakat dimana 8 – 10 orang ibu hamil dan ibu bayi 0-6 bulan berkumpul secara rutin 2 minggu sekali untuk berbagi pengalaman, ide, dan informasi berkaitan dengan kehamilan, melahirkan dan menyusui dalam suasana saling mendukung dan saling percaya yang dipandu oleh motivator dengan tujuan mendukung ibu agar sukses memberikan ASI Eksklusif 6 bulan.
KP ASI mulai dibentuk tahun 2011 bulan April di 15 kelurahan di kota Cimahi. Di kelurahan Melong Asih, KP-ASI di cobakan dibentuk di RW 6, dengan pertimbangan jumlah ibu hamil dan menyusui lebih dari 10 orang seperti terlihat pada tabel data penduduk di RW 6 berikut :
Keadaan penduduk
Jumlah
Kepala Keluarga
1259
Penduduk
4790
RT
7
Ibu Hamil
29
Keadaan penduduk
Jumlah
Jumlah Bayi
69
Jumlah Balita
286
Posyandu
2
Pos gizi
1
KP-ASI
1
Sumber Data : Puskesmas Melong Asih Tahun 2012
Tabel 4.4 Keadaan Penduduk di Rw 06 Di Kelurahan Melong Asih

1.   Proses Pembentukan dan Kegiatan KP-ASI

Pembentukan KP-ASI dan kegiatan pemberdayaan masyarakat lainnya melewati tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Tahapan kegiatan dalam KP-ASI adalah :
a)    Sosialisasi Tingkat kelurahan di Kelurahan Melong Asih
Pada tanggal 7 Juli 2012, dilakukan kegiatan sosialisasi yang merupakan kegiatan lintas sektor dan lintas program dengan turut mengundang Bapak Lurah Kelurahan Melong Asih dan aparat yang terkait, Bapak RW setempat dan aparat setempat, Kepala Puskesmas dan Dokter koordinator, Ketua PKK Kelurahan, Kader PKK, Kader Posyandu, TOMA, TOGA, LSM/LPM, dan calon peserta yaitu Ibu Hamil atau Ibu yang punya bayi 0-6 bulan dan lainnya.
Tujuan dari sosialisasi adalah penentuan lokasi dan penggalangan dukungan dari aparat hingga masyarakat setempat.
b)   Seleksi Motivator KP-ASI
Acara sosialisasi dilanjutkan dengan seleksi motivator yang bertujuan menyeleksi para peserta yang berminat untuk menjadi motivator KP-ASI ( ibu hamil, ibu yang punya bayi 0-6 bulan dan ibu kader ). Jumlah motivator yang akan dilatih sebanyak 5 orang.
c)    Pelatihan MotivatorKP-ASI
Pelatihan Motivator dilaksanakan selama 4 hari dengan waktu yang terbatas mengingat peserta adalah para ibu hamil dan menyusui yang tidak memiliki banyak waktu luang. Kegiatan dilakukan dengan metode pembelajaran orang dewasa, dipandu oleh 5 pembina motivator yang merupakan petugas gizi kecamatan Cimahi Selatan.
Kegiatan ini dilakukan di Aula Puskesmas Cimahi selatan tanggal 9 Juli 2012.
d)     Pertemuan KP-ASI dilaksanakan 10x pertemuan
-     Tahun 201:Bulan Agustus – Desember 2012
-     Tahun 201: Bulan April - Oktober 2013
-     Tahun 2014 : Bulan Juni - Oktober 2014

Gambar 4.2 Cakupan ASI Eksklusif di RW 06

Pada grafik diatas dapat dilihat kenaikan cakupan ASI Eksklusif di RW 06 setelah dilaksanakannya kegiatan KP ASI pada tahun 2012 meningkat dari 62,54% menjadi 73,92% sampai tahun 2014 cakupan ASI Eksklusif ibu balita selalu mengalami peningkatan yaitu 83,79%.
Untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Melong Asih, pada tanggal 7 Maret 2014 dibentuk dan KP ASI angkatan kedua di RW 34 dengan pertimbangan jumlah ibu hamil dan menyusui lebih dari 10 orang seperti terlihat pada tabel data penduduk di RW 34 berikut :


Keadaan penduduk
Jumlah
Kepala Keluarga
421
Penduduk
1704
RT
4
Ibu Hamil
15
Jumlah Bayi
32
Jumlah Balita
106
Posyandu
2
KP-ASI
1
Sumber Data : Puskesmas Melong Asih Tahun 2014
Tabel 4.5 Keadaan Penduduk di RW 34 Di Kelurahan Melong Asih

Sosialisasi KP ASI dilaksanakan bulan Maret 2014 dengan mengundang Bapak RW setempat dan aparat setempat, Kepala Puskesmas dan Dokter koordinator, Ketua PKK Kelurahan, Kader PKK, Kader Posyandu, serta ibu hamil dan ibu menyusui di RW 34. Kegiatan KP ASI di RW 34 dilaksanakan bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2014, pertemuan dilaksanakan setiap 1 bulan 2 kali dengan di Gedung Serbaguna RW 34.
Gambar 4.3 Cakupan ASI Eksklusif di RW 34
Pada grafik diatas dapat dilihat kenaikan cakupan ASI Eksklusif di RW 34 setelah dilaksanakannya kegiatan KP ASI pada tahun 2013 meningkat dari 70.2% menjadi 85,73%.

C.   Konseling ASI dan MP ASI

1.   Konseling ASI

Pengetahuan orang tua yang kurang tentang pola asuh anak sehingga asupan gizi yang cukup tidak terpenuhi. Salah satu contohnya adalah anak yang tidak diasuh oleh ibunya sendiri, pengasuh kurang mengerti pentingnya makanan bergizi sehingga anak tidak mendapat gizi yang cukup sehingga perlu adanya suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan dan mempertahankan gizi yang baik.
Salah satu kegiatan promotif dan preventif yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif dan menurunkan angka cakupan balita gizi buruk adalah konseling ASI dan MP ASI (Makanan Pendamping ASI) dengan sasaran ibu balita, pengasuh anak / balita, serta keluarga yang mengantar anak ke posyandu. Konseling dilaksanakan sesuai dengan jadwal posyandu. Hasil cakupan ASI Eksklusif dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 4.Cakupan ASI Eksklusif di WilayahPuskesmas Melong Asih

Pada Grafik Cakupan ASI Eksklusif di Kelurahan Melong Asih menunjukkan pada tahun 2011 mencapai 71,7% namun mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 63,99% dan mengalami peningkatan kembali di tahun 2013 dan terus meningkat di tahun 2014 menjadi 76,2 %. Meskipun cakupan ASI Eksklusif meningkat tiap tahunnya, angka yang telah dicapai masih dibawah target yang diinginkan.

2.   Konseling MP ASI

Sebagian besar anak balita dari keluarga kurang mampu tidak mendapat MP-ASI dalam jumlah yang cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Untuk mencegah terjadinya gizi kurang sekaligus mempertahankan gizi baik pada keluarga miskin, maka MP-ASI berbahan baku lokal merupakan alternatif baik. Walaupun saat ini makanan bayi komersial banyak di jual dipasar, namun bagi keluarga miskin produk ini bisa menjadi barang mewah yang sulit di jangkau untuk jangka waktu yang relatif lama. Dengan bahan pangan lokal diperolehnya harga yang murah, mudah didapat dan lebih bervariasi.
Untuk memperoleh MP-ASI yang baik secara kuantitas dan kualitas maka diperlukan peranan tugas kesehatan untuk memberi informasi tentang praktik pemberian makanan yang baik untuk anak di bawah usia 2 tahun kepada ibu, pengasuh dan keluarga. Oleh karena itu diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam memberikan konseling pemberian MP-ASI dan pemantauan pertumbuhan. 
 Keberhasilan dalam praktik pemberian Makanan Pedamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sangat penting untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, perkembangan, kesehatan, dan gizi bayi dan anak. Untuk itu dibutuhkan perhatian khusus dari pemerintah, swasta, LSM, keluarga, petugas, kader dan masyarakat dalam upaya yang mendukung peningkatan pemberian makanan yang baik dan tepat.
a)    Pelaksanaan
Konseling MPASI dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi. Pelaksanaan konseling sesuai dengan jadwal posyandu namun tidak menutup kemungkinan konseling MP ASI dilaksanakan di dalam gedung puskesmas, pelaksanaan konseling didalam gedung dijadwalkan setiap hari selasa dan jumat pukul 09.00 sd 12.00 wib.
b)   Sasaran
Sasaran konseling MP ASI adalah ibu yang mempunyai bayi umur 6 sampai dengan 24 bulan atau pengasuh yang membawa anaknya ke posyandu.
c)    Materi
Adapun kalimat kunci yang dapat disampaikan ketika konseling MP ASI terhadap ibu balita adalah :
KUNCI 1
Anak Sehat, Tambah Umur, Tambah Berat, Tambah Pandai
KUNCI 2
Bayi dan anak yang mendapat ASI sampai usia 2 tahun atau lebioh akan tumbuh kuat dan sehat serta berkembang dengan baik
KUNCI 3
Bayi dan anak yang diberi MP ASI mulai usia 6 bulan tetap memperoleh ASI sampai usia 2 tahun atau lebih akan tumbuh dan berkembang dengan baik
KUNCI 4
Bubur MP ASI yang kental akan memberikan energi lebih banyak bagi anak daripada bubur MP ASI encer
KUNCI 5
Makanan sumber hewani sangat baik untuk anak, agar anak tumbuh dan berkembang dengan baik

KUNCI 6
Kacang – kacangan serta hasil olahannya seperti tahu dan tempe adalah bahan makanan yang baik untuk anak
KUNCI 7
Sayuran dan buah berwarna hijau tua / kuning / merah membantu kesehatan mata anak dan meningkatkan daya tahan tubuh melawan penyakit
KUNCI 8
Untuk pertumbuhan yang baik, anak membutuhkan makanan yang beraneka ragam terdiri dari 2-4 kali makanan utama dan 1 – 2 kali makanan selingan
KUNCI 9
Seiring dengan pertumbuhan anak, jumlah makanan yang dibutuhkan meningkat
KUNCI 10
Anak kecil perlu belajar makan, bujuk dan beri bantuan dengan kesabaran
KUNCI 11
Bujuk anak untuk tetap makan dan minum selama sakit dan berikan makanan tambahan dalam masa pemulihan agar kesehatan anak cepat pulih dan tumbuh kejar
Tabel 4.6  Kalimat Kunci Yang Dapat Disampaikan Pada Kegiatan Konseling MP ASI dengan Ibu Balita

d)   Hambatan yang dihadapi
Kegiatan konseling dalam pelaksanaannya mengalami beberapa kendala diantaranya kegiatan konseling masih dilaksanakanoleh Tenaga Pelaksana Gizi sehingga posyandu yang terpapar konseling MP-ASI adalah posyandu di bawah binaan Pelaksana Gizi, sedangkan posyandu yang dibina oleh petugas lain belum terpapar kegiatan Konseling MP-ASI ini.

D.   Status gizi

Menurut Unicef (1998) gizi kurang pada anak balita disebabkan oleh beberapa faktor yang kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab langsung, penyebab tidak langsung, pokok masalah dan akar masalah. Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia  anak maka makin bertambah pula kebutuhannya.
Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang bersangkutan (Almatsier, 2001).Berikut adalah hasil penilaian status gizi berdasarkan BPB (Bulan Penimbangan Balita) di wilayah Puskesmas Melong Asih :
Tahun
Status Gizi BB/U
Gizi Lebih
Gizi Baik
Gizi Kurang
Gizi Buruk
Jumlah Balita
N
%
N
%
N
%
N
%
N
%
2011
301
10%
2449
79%
294
9%
55
2%
3099
100%
2012
425
15%
2062
72.8%
250
8.8%
94
2.4%
2833
100%
2013
101
3%
2549
86%
291
10%
21
1%
2962
100%
2014
89
3.2%
2537
90.2%
182
6.5%
5
0.18%
2813
100%
Tabel 4.7 Status Gizi dari 2011-2014 Di Wilayah PKM Melong Asih

Pada Tabel 4.9 menunjukan status gizi bayi dan balita di wilayah PuskesmasMelong Asih tiap tahunnya ada perubahan. Pada status gizi kurang menunjukkan ada peningkatan, pada tahun 2011 berjumlah 294 anak, menurun di tahun 2012 berjumlah 250 anak dan meningkat kembali tahun 2013 berjumlah 291 anak dan di tahun 2014 jumalah balita dengan ststus gizi kurang menurun menjadi 182 anak. Adapun hasil status gizi buruk di tahun 2011 berjumlah 55 anak (2%), meningkat pada tahun 2012 menjadi 94 anak (2,4%) dan di tahun 2013 dan 2014mengalami penurunan menjadi 5 anak (0,18%).
Dengan adanya penurunan status gizi balita kurang gizi di tiap tahunnya menunjukkan dampak dari kegiatan KP ASI, Konseling ASI dan MP ASI sangat baik sekali dalam mendukung program kesehatan baik secara promotif maupun preventif.

BAB V

KESIMPULAN

A.   Kesimpulan

Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan selama tahun 2011 sampai dengan 2014, didapat kesimpulan sebagai berikut :
a.    Kegiatan KP ASI di RW 06 dan RW 34 berdampak positif pada jumlah cakupan ASI dilihat dari angka cakupan ASI Eksklusif di RW 06 tahun 2011 yaitu 62,54 % meningkat ditahun berikutnya dan di tahun 2014 cakupan ASI Eksklusif menjadi 83,79%. Hal tersebut juga terjadi di RW 34, sebelum diadakan kegiatan KP ASI cakupan ASI eksklusif ditahun 2013 yaitu 70,2% dan setelah diadakan kegiatan KP ASI ditahun 2014 menjadi 85,73%.
b.    Kegiatan KP ASI dan konseling ASI – MP ASI di posyandu berdampak positif pada jumlah cakupan ASI Esklusif di wilayah Puskesmas Melong Asih dilihat dari angka cakupan ASI Eksklusif tahun 2012 yaitu 63,99 % meningkat ditahun berikutnya dan di tahun 2014cakupan ASI Eksklusifmenjadi 76,2%.
c.    Kegiatan KP ASI dan konseling ASI – MP ASI di posyandu selain dapat meningkatkan pengetahuan ibu juga berpengaruh pada pola asuh ibu / pengasuh, hal tersebut dapat dilihat dari hasil Bulan Penimbangan Ballita (BPB) dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami penurunan. Pada tahun 2012 jumlah balita dengan status Gizi Buruk berdasarkan BB/U terdapat 94 anak (2,4%) dan mengalami penurunan ditahun 2013 dan 2014 menjadi 5 anak (0,18%).


B.   Rekomendasi

a.        Kegiatan Kelompok Pendukung ASI agar bisa dijalankan di semua RW yang ada di Kelurahan Melong Asih karena terbukti bisa menaikkan cakupan ASI Eksklusif dan sebagai pencegahan awal terjadinya balita kurang gizi.
b.  Kegiatan Konseling ASI – MP ASI dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas selain nutrisionis yang bertugas sebagai pembina posyandu sehingga penyuluhan dan konseling ASI – MP ASI dapat lebih rutin dilaksanakan.
c.      Perlu adanya sosialisasi atau kerjasama bagi pembina posyandu agar konseling MP ASI dapat berjalan di semua posyandu.
d.    Perlu adanya dukungan dari masyarakat, tokoh masyarakat maupun lintas sektor untuk mendukung kegiatan tersebut. Sehingga kegiatan KP ASI maupun Konseling ASI dan MP ASI dapat berjalan secara berkelanjutan.













DAFTAR PUSTAKA

1.    Anonim, 2012. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Sadar Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000HPK). Jakarta.
2.    Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cet ke-5. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
3.    Almatsier, Sunita dkk. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta.
4.    Atmarita, Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Di dalam : Soekirman et al, editor. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, 17-19 Mei. Jakarta. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
5.    Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian   Kesehatan RI. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta
6.    Departemen Kesehatan RI, 2001. Pelatihan Konseling Menyusui. Jakarta.
7.    Departemen Kesehatan RI, 2000. Pedoman Tatalaksana Kurang Energi Protein pada anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga. Jakarta
8.    Depkes. 2006. Makanan Pendamping Air Susu Ibu(MP-ASI), Direktorat GiziMasyarakat. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. Jakarta
9.    Esterida,Masnur  dkk. 2008. 10 Topik Umum Diskusi Kelompok Ibu. Jakarta : Mercy Corps.
10. Indonesia, UNDP. 2009. Millenium Development Goals. www.undp.com. [Online] 2009.
11. Kementrian Kesehatan RI, 2011. Pelatihan Konseling MakananPendamping Air Susu Ibu (MP ASI).Jakarta.
12. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. Jakarta.
13. Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta.
14. Noviyanti, Severine. 2012. Hasil BPB Kelurahan Melong Asih Tahun 2012. Cimahi.
15. Peraturan Pemerintah RI. 2012. Pemberian Air Susu Ibu. Jakarta.
16. Siregar, A. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Gizi Kesehatan Masyarakat 2004; 3(2): 81-92
17. Solekhah, Seni. 2011. Hasil Laporan Tahunan Gizi Tahun 2011. Cimahi.
18. Solekhah, Seni. 2012. Hasil Laporan Tahunan Gizi Tahun 2012. Cimahi.
19. Solekhah, Seni. 2013. Hasil Laporan Tahunan Gizi Tahun 2013. Cimahi.
20. Solekhah, Seni. 2014. Hasil Laporan Tahunan Gizi Tahun 2014. Cimahi.
21. Solekhah, Seni. 2011. Hasil BPB Kelurahan Melong Asih Tahun 2011. Cimahi.
22. Solekhah, Seni. 2013. Hasil BPB Kelurahan Melong Asih Tahun 2013. Cimahi.
23. Solekhah, Seni. 2014. Hasil BPB Kelurahan Melong Asih Tahun 2014. Cimahi.
24.  Solekhah, Seni. 2014. Strategi Meningkatkan Status Gizi Balita Dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Melong Asih. Cimahi.
25. WHO. 2009. Pengertian ASI menurut WHO Translate.




Komentar

Postingan Populer